tirto.id -
Pukul 11.30 WIB, massa buruh memulai persiapan salat Jumat tepat di Jalan Medan Merdeka Selatan. Belasan spanduk digelar melintang di tengah jalan. Massa yang sebagian besar beragama muslim dan laki-laki mulai mengambil posisi duduk di atasnya.
Lantaran aktivitas tersebut, polisi sempat menutup akses ke depan balai kota dan mengalihkannya ke pintu timur Monas arah stasiun Gambir.
Selama salat Jumat berlangsung, khatib dari atas mobil komando berkhotbah soal kewajiban pemimpin menyejahterakan rakyat. Hal itu juga ditujukan untuk menyemangati massa dan menyindir kepemimpinan Anies-Sandi yang dianggap kurang berpihak kepada buruh lantaran menaikkan UMP jauh di bawah tuntutan.
Usai kenaikan diumumkan oleh Gubernur Anies Baswedan pada pekan lalu, Rabu (1/11/2017), penolakan langsung muncul.
Buruh menuntut UMP direvisi serta harga listrik, bahan pokok, dan lain sebagainya diturunkan. Mereka mengklaim penetapan itu tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015.Seperti diketahui, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menetapkan besaran UMP tahun 2018. Besaran kenaikannya sedikit di atas ketentuan PP 78 tetapi masih di bawah permintaan buruh.
Anies mengatakan, UMP ditetapkan berdasarkan survei kebutuhan hidup layak (KHL), kenaikan inflasi, serta pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Perhitungan tersebut juga disesuaikan dengan rumus yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan. Dengan demikian, UMP 2018 DKI naik sebesar Rp314.535 dari sebelumnya sebesar Rp3.335.000, atau naik 9,4 persen menjadi Rp3.648.035.
Sandiaga Janji Temui Massa Aksi Buruh untuk Dialog
Pukul 10.45 WIB, massa aksi buruh mulai memadati Balai Kota DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno berjanji akan menemui perwakilan massa aksi buruh yang menuntut kenaikan UMP.
"Insya Allah. Harus, harus berdialog. Mereka adalah pahlawan ekonomi kita," ujar Sandiaga di Lapangan IRTI Monas Jakarta pada Jumat (10/11/2017) seusai upacara peringatan Hari Pahlawan.
Sandi menyebutkan, UMP telah ditetapkan sesuai dengan KHL yang ditentukan oleh Dewan Pengupahan. "Alhamdulilah sudah naik," ujar Sandiaga.
Ia juga mengaku, banyak yang mendatanginya dan mengatakan bahwa angka UMP ini sudah cukup. "Walaupun mereka merasakan perjuangan dari teman-temannya ini masih terus berlanjut," jelas Sandi.
Sampai saat ini, lanjut Sandi, solusi yang sudah disiapkan adalah menurunkan biaya hidup buruh. Sandi menjelaskan, penurunan biaya hidup ini disubsidi oleh PT Transjakarta dan PD Pasar Jaya untuk biaya belanja sehari-hari.
Sandi mengatakan akan mengumumkan kebijakan ini sebelum 1 Januari 2018. "Sehingga bisa efektif 1 Januari 2018 untuk pemenuhan rencana kita untuk menurunkan biaya hidup kaum pekerja," kata Sandi.
Selain itu, ia juga berjanji akan terus membuka komunikasi dengan koalisi buruh dengan pola yang bersahabat dan berkeadilan. "Kita hargai mereka. Mereka adalah tamu-tamu kita yang ingin bersilaturahmi," ujar Sandi.
Tuntutan buruh dalam aksi yang bertepatan pada Hari Pahlawan ini meliputi, menuntut revisi UMP yang ditetapkan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur yang dinilai tidak sesuai, menuntut penurunan harga sembako, listrik dan lain sebagainya.
"Kita mati-matian mendukung Anies-Sandiaga, tapi sekarang UMP-nya Rp 3,65 (juta), itu luar biasa," teriak orator massa aksi di depan Balai Kota pukul 11.00 WIB. Sebelum massa aksi bubar untuk melakukan Shalat Jumat, orator massa menambahkan, "Kita akan di sini, sampai target kita tercapai."
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri