tirto.id - Pada Rabu (28/2) hingga Jumat (01/3), tim tirto.id memberikan pelatihan kehumasan dan pengelolaan media sosial pemerintah untuk pegawai di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker).
Dalam pelatihan ini, bahasannya cukup menyeluruh. Mulai dari audit media sosial, kalender konten, dan review penulisan, hingga produksi video untuk keperluan konten di YouTube dan TikTok.
Pada sesi pertama, Rina Nurjanah, Manajer Program tirto.id menjelaskan panduan teknis terkait audit media sosial dan kalender konten. Dia menjelaskan bagaimana memanfaatkan tanggal penting seperti Hari Perempuan Sedunia untuk membuat konten yang dikaitkan dengan satuan kerja. Misalnya, perempuan inspiratif yang ada di lingkungan kerjanya.
Pembicara kedua untuk sesi pertama adalah Irfan Satryo Wicaksono, Social Media Manager tirto.id yang menjelaskan cara membuat Call to Action yang efektif.
Embun Bening, Senior Social Media Associate tirto.id menjadi pembicara ketiga di sesi pertama. Dia memberi tinjauan dan masukan untuk akun Twitter yang dikelola oleh satuan kerja di Kementerian Ketenagakerjaan. Embun memberi masukan terkait penggunaan diksi yang baik agar lebih interaktif dan lebih dekat dengan followers.
Setelah tiga pembicara selesai memberikan materi, para peserta mempraktikkan cara membuat naskah konten media sosial. Selanjutnya, konten yang telah dibuat oleh para peserta direview oleh para pembicara.
Usai para peserta mempraktikkan cara membuat naskah konten, sesi pertama kembali dilanjutkan oleh pembicara terakhir yakni Erenn Pratama, Art Director tirto.id yang menjelaskan tentang kreasi konten visual untuk media sosial.
Sebelum masuk ke materi utama, ia memberi review terkait berbagai elemen layout yang digunakan oleh para peserta di akun media sosial satuan kerjanya. Misalnya, terkait konsistensi warna hingga pemanfaatan negative space (area yang kosong dan tidak overlapping) sehingga memberi kenyamanan dalam membaca.
Selanjutnya, para peserta mempraktikkan cara mendesain menggunakan aplikasi Canva dan langsung direview oleh pemateri.
Acara memasuki sesi kedua setelah istirahat. Pada sesi kedua, pemateri membahas proses produksi video untuk konten TikTok dan YouTube. Pemateri Dena Novita menjelaskan tentang prinsip dasar penulisan naskah video, menerapkan storytelling, dan membuat caption yang baik. Sementara Andhika Krisnuwardhana menjelaskan teknis dalam produksi video mulai dari peralatan yang dipakai, persiapan sebelum produksi video, produksi video hingga editing video.
Selama sesi pelatihan, para peserta nampak antusias. Sebagian bahkan tidak beranjak dari kursi meski telah memasuki waktu istirahat. Mereka fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh para pemateri. Para peserta juga tampak aktif selama sesi diskusi.
Antusiasme para peserta pelatihan Kehumasan Pengelolaan Media Sosial mendapat perhatian dari Kepala Biro Kehumasan Kementerian Ketenagakerjaan, Chairul Fadhly Harahap. Dirinya mengaku senang dengan semangat para peserta.
"Latar belakang para peserta ini berbeda-beda sehingga saya bisa maklum jika tidak optimal dalam pengelolaan media sosial. Namun ketika mereka semangat mempelajari hal-hal teknis terkait pengelolaan media sosial saya salut," ujarnya saat ditemui usai sesi pelatihan berakhir.
Dirinya menuturkan bahwa beberapa tahun lalu, media sosial belum menjadi prioritas untuk menjadi sarana penyiaran hasil kinerja instansi. Namun kini, memasuki era digitalisasi, ia merasa mau tidak mau harus menyesuaikan diri.
"Beberapa tahun lalu kelihatannya tidak terlalu penting. Sekarang kami mulai sadar bahwa penyampaian informasi ke publik harus disampaikan dengan dua cara, yakni melalui media massa dan media sosial," tuturnya.
Ia berharap, pelatihan pengelolaan media sosial yang dilakukan oleh tirto.id mampu membuat para pengelola media sosial bisa menyampaikan informasi ke publik terkait program dan kinerja Kementerian Ketenagakerjaan.
"Semoga lembaga kami bisa mengelola media sosial yang beretika dengan fungsi edukasi sehingga bisa mengomunikasikan tentang siapa kita, apa yang kita lakukan," harapnya.
Lebih lanjut ia meminta para pengelola media sosial di seluruh satuan kerja di Kementerian Ketenagakerjaan untuk lebih kreatif dan fleksibel tetapi tetap berpegang teguh pada norma-norma yang berlaku.
"Dalam mengelola media sosial, kita tidak bisa menggunakan gaya terlalu konvensional. Bisa lebih fleksibel tetapi tidak melanggar aturan. Kita harus hati-hati dalam memilih konten agar tidak menimbulkan polemik di publik," ujarnya.
Sebagai Kepala Biro Humas, Chairul menyampaikan komitmennya untuk kooperatif dan akan menjaga sinergi dengan satuan kerja daerah dalam menyiapkan bahan-bahan terkait Kementerian Ketenagakerjaan.
"Kami dari pusat hanya perlu memberi bahan baku seperti foto, video, rilis konten tetapi ide kreatif tetap di teman-teman supaya itu punya engagement yang baik," tukasnya.
Editor: Nuran Wibisono