tirto.id - Sedikitnya tiga orang telah terbunuh di Venezuela dalam demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Seorang remaja di ibukota Caracas dan seorang wanita di San Cristobal, dekat perbatasan Kolombia, ditembak mati. Sementara itu, seorang penjaga nasional terbunuh di selatan Caracas.
Dilansir dari BBC News, puluhan ribu orang berkumpul untuk menuntut pemilihan presiden baru dan pembebasan politisi oposisi yang dipenjara. Namun, Maduro menuduh pihak oposisi telah menyerang polisi.
Presiden Venezuela itu juga menuduh mereka melakukan penjarahan toko, dengan mengatakan bahwa lebih dari 30 penangkapan telah dilakukan.
Pendukung pemerintah Venezuela kemudian mengadakan demonstrasi tandingan di Caracas.
Sementara itu, pemimpin oposisi Henrique Capriles telah menyerukan demonstrasi massa lebih lanjut pada Kamis (20/4/2017).
Meskipun memiliki cadangan minyak terbukti terbesar di dunia, Venezuela telah menderita selama beberapa tahun karena inflasi tinggi, kejahatan yang merajalela, dan kekurangan barang-barang kebutuhan pokok.
Protes yang terjadi di seluruh negeri itu diperkirakan menjadi yang terbesar dalam tiga tahun. Hal ini memberi tekanan ekstra pada Presiden Maduro untuk bernegosiasi dengan oposisi dan menemukan cara untuk meringankan krisis ekonomi negara tersebut.
Demonstran anti-pemerintah telah menggambarkan peristiwa itu sebagai 'Hari Kemerdekaan Kedua' Venezuela.
Pemilihan tidak akan dilakukan sampai 2019, namun pihak oposisi mengatakan bahwa negara tersebut di ambanga kehancuran. Inflasi diperkirakan mencapai 700% tahun ini, demikian kata IMF.
Krisis terakhir dipicu oleh keputusan Mahkamah Agung bulan lalu untuk secara resmi mengambil alih kekuasaan dari parlemen yang dikuasai oposisi.
Mahkamah Agung membatalkan keputusannya setelah tiga hari, namun terlambat untuk mencegah munculnya gelombang protes baru.
Venezuela kini tengah menghadapi minggu penuh bentrok antara demonstran dan polisi. Kematian terakhir membuat angka tersebut terbunuh setidaknya delapan orang, dengan lebih banyak lagi yang terluka.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari