Menuju konten utama

Tiga Risiko Global Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pemerintah Indonesia bersiap menghadapi tiga risiko global penghambat perekonomian nasional. Tiga resiko itu antara lain perlambatan ekonomi Cina, pelemahahan harga komoditas dunia, dan normalisasi suku bunga acuan Amerika Serikat.

Tiga Risiko Global Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (kanan) berbincang dengan Vice President Corporate Services Islamic Development Bank Ahmet Tiktik (kiri). Antara foto/M Agung Rajasa.

tirto.id - Pemerintah Indonesia akan menghadapi tiga risiko global yang berdampak langsung pada perekonomian nasional. Resiko itu yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016.

Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan, risiko global pertama adalah pelambatan ekonomi Tiongkok yang hanya tumbuh di bawah tujuh persen. Melemahnya aktivitas ekonomi Cina diproyeksikan masih terus terjadi. Gejolak perekonomian Cina di sektor riil maupun keuangan beresiko mengurangi permintaan komoditas ekspor dari Indonesia.

"Melemahnya perekonomian Tiongkok [Cina] akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebab kita adalah mitra dagang mereka. Dengan pelemahan itu maka produk komoditas kita yang di ekspor ke Tiongkok akan menurun," kata Bambang dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin, Jakarta (6/6/2016).

Re-blancing perekonomian Cina memberikan dampak negatif pada perkembangan ekonomi dunia. Menurut Bambang, kawasan Asia diperkirakan akan terkena dampak yang relatif besar dibandingkan kawasan lainnya.

Resiko kedua, kata dia, Indonesia masih harus menghadapi pelemahan harga komoditas dunia. Ini akan menyebabkan tekanan terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia maupun negara-negara yang mempunyai ketergantungan pada ekspor berbasis komoditas.

"Pola ini tidak sebentar dan mencakup hampir semua komoditas serta pelemahan harga minyak bumi. Hal ini menyebabkan harga komoditas lainnya tidak bisa berkembang dengan baik," kata Bambang.

Terakhir, kata Bambang, membaiknya ekonomi AS membawa risiko normalisasi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Perkiraan kita kenaikan suku bunga The Fed dapat menyebabkan ketersediaan modal menjadi terbatas karena investor akan lebih memilih menanamkan modal di pasar negara maju dibandingkan negara berkembang.

"Dengan ada perbaikan ekonomi AS baik dari sisi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, maka ada perkiraan spekulasi The Fed akan menaikkan kembali suku bunga tahun ini,' ungkapnya.

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Agung DH