tirto.id - Senin (17/20) siang sekelompok orang yang mengatasnamakan alumni gerakan 212 berkumpul di Gedung Juang 45, Jalan Menteng Raya No 31 Jakarta Pusat. Mereka yang berjumlah tidak lebih dari 30 orang itu berkumpul untuk mendeklarasikan pembentukan Partai Syariah 212. Isi deklarasinya unik. Mirip-mirip dengan isi teks proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.
“Kami Partai Syariah 212 dengan ini memohon izin Allah menyatakan bahwa hari ini Senin 17 Juli 2017 mendeklarasikan berdirinya Partai Syariah 212. Hal-hal yang berkaitan dengan organisasi partai akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dilaksanakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, Jakarta 17 Juli 2017 atas nama pendiri partai Hajah Siti Asmah Ratu Agung Sarjana Ekonomi Magsiter Kesehatan.”
- Baca juga: Partai Syariah Jaring Anggota Lewat WhatsApp
Kendati menasbihkan diri sebagai alumni gerakan 212, ternyata Asmah tidak dikenal di kalangan Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) MUI. Padahal GNPF MUI merupakan inisiator utama terjadinya aksi damai bertajuk 212 pada 2 Desember 2016 guna menentang kembalinya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur DKI Jakarta di Pilkada 2017. “Saya saja enggak ada yang kenal orang-orangnya,” kata juru bicara GNPF MUI Kapitra Ampera saat dihubungi, Tirto, Rabu (19/20).
Kapitra enggan berkomentar banyak saat ditanya lebih lanjut mengenai sikap GNPF MUI terhadap Partai Syariah 212. “Yang jelas kami sedang fokus sama persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa,” ujar pengacara Rizieq Shihab ini.
Bagi pendiri Partai Syariah 212 Siti Asmah Ratu Agung, diakui atau tidak diakui GNPF MUI bukanlah persoalan. Ia menyatakan memang sengaja tidak berkoordinasi dengan sejumlah inisiator gerakan 212 seperti GNPF MUI maupun FPI . Sebab menurut Asmah, nama 212 adalah milik umat Islam. Siapapun berhak menggunakan nama tersebut sepanjang untuk tujuan kebaikan.
- Baca juga: Aksi 212 dan Hukum yang Harus Dijunjung
Pascadeklarasi Partai Syariah 212, Asmah mengungkapkan dirinya sempat dihubungi oleh pihak Presidium Alumni 212 (kelompok yang dibentuk oleh sejumlah tokoh GNPF MUI pasca aksi 212). Menurut Asmah Presidium Alumni 212 memintanya mengklarifikasi pendeklarasian Partai Syariah 212. Ia mengaku tidak masalah dengan permintaan itu. “Kemarin ditelepon sama bendahara Presidium Alumni 212. Sudah tabayyun. Alhamdulillah mereka bisa mengerti. Mungkin bunda akan diundang untuk klarifikasi,” kata Asmah kepada Tirto.
Asmah bukan baru sekali itu saja menggunakan nama 212. Ia mengklaim juga pernah menggunakan nama 212 untuk menginisiasi pembentukan koperasi umat Islam pada 15 Desember 2016. Saat itu, menurutnya Presidium Alumni 212 belum terbentuk. Ia mengklaim para aktor yang terlibat dalam GNPF MUI ikut mendukung sejumlah gerakannya menggunakan nama 212.
“Waktu saya menginisiasi kebangkitan ekonomi umat tanggal 15 Desember juga saya tidak bilang GNPF, waktu itu Presidium 212 belum ada. Tiba-tiba saya (melalui) WhatsApp saya kumpulkan umat, datang 1000 orang. Saya yang membiayai,” ujarnya.
“Alhamdulillah, GNPF menyambut baik untuk mengajak umat aktif di kegiatan ekonomi maka terbentuklah Koperasi 212,” kata Wakil Sekretaris Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia tersebut.
Kendati mendaku diri sebagai aktor utama dalam pembentukan Koperasi Syariah 212, tetapi nama Asmah tidak tercatat sama sekali dalam situs resmi Koperasi Syariah 212. Di dalam situs tersebut hanya tercatat nama: Ma'ruf Amin, Abdullah Gymnastiar, Arifin Ilham, Anggito Abimanyu, Ichsanudin Noorsy dan beberapa tokoh lain. Selain itu tanggal deklarasi pembentukan koperasi syariah 212 yang disebut Asmah juga berbeda dengan tanggal deklarasi Koperasi 212 Syariah yang diproklamirkan sejumlah tokoh GNPF MUI yakni 6 Januari 2017. Lantas Koperasi Syariah 212 mana Asmah klaim diinisiasi olehnya?