tirto.id - Tarif tol Trans Jawa diperkirakan sulit turun, karena dalam membangun memerlukan biaya besar, sehingga perlu keuntungan untuk mengembalikan modal.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abudllah mengatakan, perubahan tarif tol berdampak pada keuntungan yang diperoleh investor sebagai imbal hasil modalnya atau Return of Investment (ROI).
"Kalau tarif tol diturunin berarti akan semakin panjang jangka waktunya (pengembalian modal)," ucap Rusli ketika dihubungi reporter Tirto, Rabu (30/1/2019).
Dia juga menjelaskan skema investasi. Diawali dengan menjajaki pembiayaan melalui penghitungan tarif tol antara pemerintah dan pemodal. Setelah disepakati besaran tarif tol yang akan diterapkan dan nilai investasi, lalu dibuat kesepatan antara pemerintah dan investor.
Pemerintah, kata dia, tak dapat sembarangan mengubah tarif tol dari yang telah disepakati saat ini. Investor, lanjut dia, dapat memprotes pemerintah.
Keputusan pemerintah mengandeng investor, mbuh Rusli, lantaran proyek itu tidak dibangun dengan APBN, tetapi mengandalkan investasi. Hal itu menunjukkan andil investor yang secara tidak langsung menjadi hambatan pemerintah menurunkan tarif.
"Ini simalakama. Kalau diturunin tarifnya bisa bikin citra buruk investasi di Indonesia," ucap Rusli.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna mengomentari protes pengemudi truk soal tarif tol yang dianggap mahal.
"Ini investasi, yang bangun itu badan usaha. Biayanya harus ada yang dikembalikan. Ada juga kepastian investasi yang harus kita penuhi," kata dia.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali