tirto.id - Banyaknya lahan tidur dengan produktivitas rendah di Indonesia memicu usaha Kementerian Pertanian untuk “membangunkannya” kembali lewat pemanfaatan sumber-sumber air.
"Kami ingin mengoptimalkan seluruh sumber air di seluruh Indonesia," kata Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2016 yang digelar di Kantor Kementerian Pertanian Jakarta, Selasa, (31/05/2016).
Permasalahan lahan tidur (lahan produktif tapi belum digarap dengan baik), menurut Amran, sangat penting untuk diatasi sebagai solusi untuk meningkatkan produksi pertanian.
Ia mengungkapkan, Indonesia memiliki sekitar empat juta hektar “lahan tidur” yang menyimpan potensi pertanian cukup tinggi.
"Lahan tidur ini yang harus kita bangunkan," tandasnya. "Kita harus mengoptimalkan pengairan yang ada di Indonesia. Sungai, danau dan embung, ini semua akan bisa meningkatkan produksi," imbuh Mentan di hadapan sekitar 800 kepala dinas atau perwakilannya.
Terkait pemanfaatan sumber air, Amran menceritakan kondisi di daerah Bojonegoro, Jawa Timur, yang dilaporkan mengalami ancaman kekerangan hingga lebih dari 10.000 hektare. Padahal, jelas Amran, Bojonegoro dilintasi oleh sungai Bengawan Solo yang jaraknya relatif dekat dengan lahan yang kekeringan itu.
Mengetahui hal itu, Mentan mengaku langsung menurunkan sekitar 100 pompa air sehingga lahan tersebut dapat terselamatkan dari puso atau gagal panen.
"Berapa ratus miliar rupiah kita selamatkan hanya dengan keputusan satu detik. Kalau dengan tender memakan waktu berbulan-bulan sehingga padi juga menderita," katanya sembari menambahkan bahwa pengadaan alat pertanian sekarang bisa lebih cepat karena melalui e-katalog.
Terkait hal itu, Amran mengimbau agar seluruh sungai di Indonesia harus dimanfaatkan untuk hortikultura, pangan, hingga peternakan.
Mentan turut mengingatkan dinas pertanian di daerah untuk merancang proposal "jangan asal" karena ditemukan ada daerah yang minta dikirimkan traktor tetapi setelah sampai, ternyata spek-nya tidak cukup memadai. (ANT)
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra