tirto.id - Terduga teroris, Yuliati Sri Rahayuningrum alias Khodijah diduga mengakhiri hidupnya saat berada di ruang pemeriksaan Polda Metro Jaya, Minggu (17/3/2019) malam. Tubuhnya lemas ketika ditemukan polisi. Ia diduga minum cairan kimia.
"Tim medis coba menolong dia, tapi nyawanya tidak tertolong. Dia bunuh diri, mungkin karena tidak bisa melawan dari dalam tahanan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Rabu (20/3/2019).
Yuliati diperiksa oleh penyidik Densus 88 Antiteror, Minggu (17/3/2019) malam, di ruang tahanan Polda Metro Jaya. Yuliati tewas, Senin (18/3/2019) diduga usai meminum cairan kimia, saat berada di toilet ruang pemeriksaan.
Ia melanjutkan, kemungkinan Yuliati memiliki cara berpikir, dia sebagai mujahidah, meninggal akan masuk surga. Polisi masih belum mengetahui cara perempuan itu mendapatkan cairan kimia.
Petugas Forensik Puslabfor Mabes Polri, Astri menuturkan, dari hasil pemeriksaan, ditemukan organ dalam Yuliati dalam keadaan korosif yang diakibatkan oleh asam klorida.
"Itu akibat terkena bahan kimia keras, asam klorida itu termasuk golongan kuat," jelas dia.
Astri melanjutkan, tim menemukan bukti, tubuh Yuliati terdampak zat kimia seperti mulut rusak, lambung bocor serta mengalami pendarahan.
Ia juga mengaku belum mengetahui cairan yang dikonsumsi terduga teroris itu. "Sudah pasti zat itu dimasukkan dari luar [dikonsumsi]," ucap dia.
Densus 88 Antiteror menangkap Yuliati (38) di Klaten, Jawa Tengah, Kamis (14/3/2019), pukul 16.00 WIB.
Ia diduga bergabung dengan kelompok jaringan Sibolga, Abu Hamzah. Yuliati diduga sebagai inisiator amaliyah atau teror.
Dedi menambahkan Yuliati mengajak Putera Syuhada, Abu Hamzah dan Syaefuddin Hidayat untuk melakukan aksi teror di Pulau Jawa.
Perempuan itu juga meminta pelaku teror lain Syaefuddin untuk mengunggah video berisi ancaman kepada anggota Polri di media sosial. Saat ini polisi masih memburu Syaefuddin.
-------------
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Zakki Amali