Menuju konten utama

Temui Kyai Maimun, Mahfud MD Akui Sudah Punya Pilihan di Pilpres

Mahfud MD mengaku telah memiliki pilihan dalam Pilpres 2019.

Temui Kyai Maimun, Mahfud MD Akui Sudah Punya Pilihan di Pilpres
Mahfud MD dan Kyai Maimun di Yogyakarta, Minggu (2/12/2018). Tirto.id/ Irwan Syambudi.

tirto.id -

Usai lakukan pertemuan dengan Kyai Maimun Zubair di Yogyakarta, Minggu (2/12/2018) malam, Mahfud MD mengaku telah memiliki pilihan dalam Pilpres 2019. Namun, demikian ia belum mau mengumumkan pilihannya itu.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang hampir saja mendampingi Joko Widodo maju dalam Pilpres 2019 itu bertemu dengan Kyai Maimun di Hotel Royal Ambarrukmo. Mereka melakukan pertemuan tertutup selama kurang lebih satu jam dari mulai pukul 22.15 WIB hingga 23.20 WIB.

"Kita tidak bicara itu [pilihan di Pilpres 2019]. Bicara yang lebih penting, masa depan bangsa secara keseluruhan. Soal pilihan itu akan dengan sendirinya itu nanti [...] Soal pilihan itu nanti aja gampang," kata Mahfud kepada wartawan.

Menurutnya, Pilpres dan Pemilu Legislatif (Pileg) adalah salah satu cara menjaga keberlangsungan negara secara periodik. Dan semua calon yang ada, menurutnya, sudah diseleksi mekanisme konstitusi, oleh karena itu, ia meminta setiap rakyat yang punya aspirasi untuk memilih parpol dan calon yang disukai.

"Tentu kami, saya Mbah Mun [Maimun] punya pilihan, tapi tidak untuk diumumkan sekurang-kurangnya tidak sekarang, kita lihat nanti, kami punya hak konstitusional, di situ nanti kita gunakan," ujarnya.

Jika ada aspirasi yang beragam dari masyarakat terkait Pilpres hal itu, menurut Mahfud, sebagai hal yang wajar di dalam demokrasi. Namun, yang terpenting harus dengan menjaga kedamaian.

Ia yakin dalam Pilpres 2019 ini akan berlangsung damai. Setelah pemilihan selesai pada 17 April 2019 mendatang, ia yakin segala friksi dan pertentangan akan segera mereda kembali. Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat tidak usah khawatir.

"Pilpres dan Pileg akan berjalan baik-baik saja. Kalau bicara panas, Pemilu 1999 kelompok bendera hijau dan merah, sama-sama ancam mengepung Jakarta, begitu MPR memilih Gus Dur semua selesai. 2014 juga panas Prabowo-Jokowi, bukan main pembelahan umat, begitu selesai ya selesai. Sekarang terasa panas, tapi tidak lebih panas. 17 April sore saya kira sudah mulai reda, mari kita bangun optimisme," ujarnya.

Aksi damai Reuni Akbar 212 di Jakarta sempat membuat panas suhu politik karena menjadi panggung salah satu pasangan Capres-Cawapres menggalang dukungan. Namun demikian menurut Mahfud aksi itu tidak menjadi masalah.

"Kalau menyangkut Reuni [Akbar 212] saya dan Mbah Mun tidak bicara itu. Ekspresi demokrasi, sudah berjalan lancar, jikalau yang lain mau menggelar [aksi] silakan. Semua saling menghargai, sikap akhir ditentukan pada 17 April, kan begitu saja," katanya.

"Pilihlah yang terbaik berdasarkan aspirasi masing-masing, sehingga negara itu tertib NKRI. Jangan dikatakan yang datang [Reuni Akbar Alumni 212] tadi orang beriman, yang tidak [datang] tidak [beriman]. Itu bukan ukuran iman, saya tidak hadir, Mbah Mun juga tak hadir," ujar profesor Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia ini.

Di sisi lain, ia berharap agar masa kampanye ini berlangsung sejuk dengan tidak menjelek-jelekkan satu sama lain. Adanya ulama, yaknk Habib Bahar Bin Smith yang berceramah dengan membawa unsur politik dan menjelek-jelekkan bahkan menghina salah satu pasangan Capres-Cawapres menurutnya kurang pas.

Dari segi etika sebagai warga negara, memaki orang menurutnya tidak baik, dan tidak ada agama apapun yang mengajarkan. Pun demikian jika ditilik secara hukum, apa yang dilakukan Habib Bahar, bisa jadi dikategorikan penghinaan terhadap pejabat publik sebagaimanana diatur dalam KUHP. "Biarlah kita tak usah perkeruh suasana itu," katanya.

"Kita imbauan saja bagaimana sih kalau berpolitik itu, adu argumen unjuk kebaikan bukan saling menghina, sekarang sudah ada yang menangani. Enggak tahu ya apa dakwah caranya seperti itu, kalau dakwah menyejukkan buka memaki-maki," kata Mahfud.

Sementara itu, Kyai Maimun mengatakan bahwa seorang pendakwah harusnya menyejukkan, bukan malah dengan memaki-maki. Terlebih menjelang Pilpres 2019 yang menurutnya jatuh di hari yang keramat.

"Pemilu besok April, dan ada [tanggal] 17nya, makanya dikatakan sampai sekarang Pilpres-Pemilu damai. Hari keramat ini, April kelahiran nabi, 17 turunnya Al Qur'an. Kemerdekaan bangsa kita agustus [tanggal] 17," kata sesepuh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga menjabat sebagai Ketua Majlis Syariah Partai Persatuan Pembangunan ini.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Politik
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Maya Saputri