Menuju konten utama

Tema Natal PGI 2022 dan Arti Pesan Natal 25 Desember

Apa tema Natal yang ditetapkan Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) 2022?

Tema Natal PGI 2022 dan Arti Pesan Natal 25 Desember
Ilustrasi Pohon Natal. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) telah menetapkan tema atau pesan untuk perayaan Natal 2022. Tema ini ditetapkan bersama Koferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Tema Natal PGI 2022 yaitu: “……pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat. 2:12).

Dalam pesan tersebut antara lain dijelaskan, keanekaragaman merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan.

Kebhinekaan yang disadari sebagai anugerah Tuhan itu seharusnya mendorong orang untuk saling bergandengan tangan dalam mewujudkan tata kehidupan bersama yang lebih bermartabat.

Dengan berjalan bersama kita dimampukan untuk “pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat”:

  • membangun kembali kehidupan dari keterpurukan dalam berbagai bidang akibat pandemi COVID19;
  • membangun peradaban kasih di tengah menguatnya tindak kekerasan;
  • merajut kerukunan di tengah merebaknya intoleransi;
  • mempopulerkan budaya jujur di tengah mengguritanya tindak kejahatan korupsi;
  • menggemakan pertobatan ekologis di tengah maraknya kerusakan lingkungan hidup, dan mengembangkan hidup berpolitik yang beretika menjelang pesta demokrasi tahun 2024.
"Berjalan bersama dapat menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Oleh karenanya semangat itu perlu ditopang dengan sikap saling memahami, menerima, mendengarkan, dan menghargai kawan seperjalanan yaitu seluruh warga bangsa kita," tulis PGI melalui laman resminya.

Makna Pesan Natal PGI 2022

Perayaan Natal selalu membawa sukacita dan damai sejahtera, karena Yesus datang untuk membebaskan umatnya dari belenggu dosa.

Pesan Natal tahun ini, “……pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” diambil dari kitab Matius 2 ayat 12, ketika Yesus lahir dan dikunjungi orang-orang bijak dari Timur.

Saat Yesus lahir, orang-orang bijak dari Timur dengan bantuan bintang datang untuk menyembah-Nya dan

mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.

Setelah mengalami sukacita dalam perjumpaan yang istimewa tersebut, orang-orang bijak itu kembali ke negerinya melalui jalan lain seperti yang ditunjukkan Tuhan.

Mereka mampu melewati tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam perjalanan mereka mencari Yesus dan setelah berjumpa dengan-Nya mereka juga berani menempuh jalan baru yang belum tentu lebih mudah dari sebelumnya.

“Jalan lain” itu dapat dipahami juga secara rohani. Sesudah bertemu dengan Yesus, orang tidak lagi menjalani hidup dengan cara lama, tetapi dengan cara yang baru, menjadi manusia baru.

Dengan demikian, Natal juga mengajak kita untuk menemukan jalan baru dan kreatif dalam mewartakan kasih-Nya kepada sesama dan semua makhluk ciptaan.

Orang-orang bijak dari Timur yang berjalan bersama-sama mencari Yesus mengajak kita untuk berjalan bersama juga, dalam menemukan kehendak Dia yang “tinggal di antara kita” (bdk.Yoh. 1:14) untuk menegakkan Kerajaan Kasih-Nya.

Sebagai warga bangsa dan warga Gereja, meskipun kita bhinneka - berbeda agama, suku, golongan, budaya – kita mesti selalu berjalan bersama agar dalam kebersamaan itu mampu menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup.

Keanekaragaman merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan. Kebhinekaan yang kita sadari sebagai anugerah Tuhan itu seharusnya mendorong kita untuk saling bergandengan tangan dalam mewujudkan tata kehidupan bersama yang lebih bermartabat.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Yantina Debora