tirto.id - Hari Janda Internasional atau International Widow Day adalah hari kesadaran global yang jatuh setiap tahun pada tanggal 23 Juni. PBB meluncurkan Hari Janda pada tahun 2010 untuk meningkatkan kesadaran akan pelanggaran hak asasi manusia yang diderita para janda di banyak negara setelah kematian pasangan mereka.
Di banyak negara dengan masyarakat yang masih tradisional, perempuan mendapati diri mereka berada dalam kemiskinan ketika suami mereka meninggal. Di beberapa negara, para wanita ini mendapati diri mereka ditolak untuk mendapat warisan dan hak atas tanah, diusir dari rumah mereka, dikucilkan dan dianiaya.
Menurut laman Awareness Day, selain para janda, anak-anak dari para janda juga sering mendapati diri mereka terpengaruh, ditarik dari sekolah dan lebih rentan terhadap pelecehan, terutama dalam kasus anak perempuan.
Hari Janda Internasional dibuat untuk mendorong tindakan dalam mencapai hak penuh bagi para janda, menyoroti perlunya lebih banyak penelitian dan statistik mengenai kekerasan, diskriminasi dan kemiskinan yang diderita oleh para janda dan mengembangkan kebijakan dan program untuk mengatasi masalah tersebut.
Tujuan akhir hari ini adalah untuk mengembangkan sumber daya dan kebijakan untuk memberdayakan para janda dan memungkinkan mereka untuk memiliki akses ke pendidikan, pekerjaan, perawatan kesehatan dan kehidupan yang bebas dari kekerasan dan pelecehan.
Tema Hari Janda Internasional 2022
PBB mengambil tema "Invisible Women, Invisible Problems" atau Wanita Tak Terlihat, Masalah Tak Terlihat untuk Hari Janda Internasional 2022. Bagi banyak wanita di seluruh dunia, kehilangan pasangan juga sekaligus menghilangkan hak-hak dasar dan martabat mereka.
Terlepas dari kenyataan bahwa ada lebih dari 258 juta janda di seluruh dunia, para janda secara historis tidak terlihat, tidak didukung, dan tidak terukur dalam masyarakat kita.
Saat ini, ketika konflik bersenjata, pengungsian dan migrasi, serta pandemi COVID-19 membuat puluhan ribu perempuan baru menjadi janda dan banyak lainnya yang pasangannya hilang. Pengalaman dan kebutuhan para janda harus ditonjolkan.
Pengalaman di masa lalu, menunjukkan bahwa janda seringkali tidak diberi hak waris, harta bendanya dirampas setelah kematian pasangannya, dan dapat menghadapi stigma dan diskriminasi yang ekstrem, sebagai pembawa penyakit.
Di seluruh dunia, perempuan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki akses ke pensiun hari tua daripada laki-laki, sehingga kematian pasangan dapat menyebabkan kemelaratan bagi perempuan yang lebih tua.
Dalam konteks ekonomi, para janda mungkin tidak memiliki akses ke rekening bank dan pensiun untuk membayar perawatan kesehatan jika mereka juga jatuh sakit atau untuk menghidupi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.
Pada Hari Janda Internasional, 23 Juni, PBB mengajak masyarakat untuk melihat beberapa masalah yang mempengaruhi para janda di seluruh dunia dan apa yang harus dilakukan untuk melindungi dan memajukan hak-hak mereka.
Editor: Yantina Debora