tirto.id -
Namun Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf tidak mau ambil pusing dengan hasil survei tersebut.
Menurut Lukman, harus dibedakan antara golput dengan belum menentukan pilihan atau undecided voter. Angka yang besar, kata Lukman, justru pemilih yang masih bimbang dan bisa "dirangkul".
"Kalau hari ini yang baru memilih 70 persen, itu bukan berarti yang golput, undecided voter-nya 30 persen," katanya optimistis.
LSI Denny JA telah merilis hasil surveinya terkait capres-cawapres yang akan akan dirugikan jika pemilih golongan putih (golput) banyak terjadi.
Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman menyatakan bahwa survei ini melihat keunggulan dari enam kantong suara: pemilih terpelajar, pemilih Islam, pemilih emak-emak, pemilih milenial, pemilih wong cilik, dan pemilih minoritas. Jokowi-Ma'ruf mengungguli Prabowo-Sandiaga di lima segmen tersebut.
LSI Denny JA berpendapat, jika pemilih di antara enam kantong itu golput, bisa jadi Jokowi-Ma'ruf yang akan dirugikan. Hal ini karena Jokowi-Ma'ruf mempunyai suara yang lebih banyak, maka kemungkinan golput dari pemilih mereka lebih besar.
"Kalau golput besar di situ [lima segmen], tidak bisa dimaksimalkan pendukung Pak Jokowi itu tidak bisa datang ke TPS, maka dirugikan Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf. Sedangkan Pak Prabowo hanya dirugikan di satu segmen pemilih terpelajar," tutur Ikrama.
LSI Denny JA kembali mengadakan survei nasional pada akhir Februari ini dilakukan pada tanggal 18 sampai 25 Februari 2019 melalui face to face interview menggunakan kuisioner. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar +/2,9 %. Survei dilaksanakan di 34 provinsi di Indonesia.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Agung DH