Menuju konten utama

Tahapan Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok Serta Keuntungannya

Berikut ini adalah lngkah-langkah budidaya ikan nila dengan sistem bioflok serta keuntungan yang akan didapat.

Tahapan Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok Serta Keuntungannya
Petani bersama mahasiswa menjaring ikan nila merah hasil panen di kolam percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/9). Kegiatan tersebut sebagai upaya swasembada protein hewani dengan mengembangkan inovasi di bidang teknologi benih ikan, vaksin dan pakan ikan serta sistem dan teknologi budidaya yang efisien dan berkelanjutan. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/16

tirto.id - Ikan nila adalah jenis ikan yang hidup di air tawar dan bisa untuk dikonsumsi. Ikan nila sangat mudah untuk dibudidaya dan dipasarkan karena merupakan salah satu jenis iklan yang paling sering dikonsumsi sehari-hari oleh Masyarakat.

Salah satu cara budidaya ikan nila ialah sistem bioflok. Bioflok berasal dari kata bios yang artinya “kehidupan” dan flok “gumpalan”.

Lantas, bioflok adalah kumpulan organisme seperti bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing dll yang tergabung dalam gumpalan (flok) (dalam Suprapto dan Legian, 2013).

Sistem bioflok untuk budidaya ikan nila bisa terbentuk jika ada empat komponen, yaitu sumber karbon, bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen.

Proses pembentukan bioflok terjadi melalui pengadukan bahan organik yang terdiri dari aerasi. Nantinya, aerasi itu akan larut dalam kolam air dan akan digunakan untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobik (kondisi cukup oksigen)

Selain itu, aerasi tersebut juga akan menguraikan bahan organik (mengambil C-organik). Proses selanjutnya, yaitu menyerap mineral seperti ammonia, fosfat dan nutrient lain yang larut di dalam air.

Dengan demikian, bakteri yang menguntungkan akan berkembang biak dengan baik. Bakteri-bakteri ini akan membentuk konsorsium dan terjadi pembentukan flok.

Hasilnya kualitas air akan menjadi lebih baik dan bahan organik dapat didaur ulang menjadi flok yang digunakan untuk makanan ikan. Lantas, bagaimana langkah-langkah budidaya dengan sistem bioflok ikan nila?

Budidaya Ikan Nila dengan Sistem Bioflok

Dikutip laman resmi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, berikut langkah-langkah yang harus dipersiapkan untuk budidaya Ikan Nila dengan sistem bioflok adalah sebagai berikut:

  1. Kolam bulat central drain berdiameter 3 dan kedalaman 2 m dibersihkan dengan cara disikat sampai bersih dan diisi air.
  2. Instalasi aerasi di pasang di 2 kolam bulat dengan jumlah batu aerasi masing – masing kolam sebanyak 9 buah. Posisi batu aerasi disesuaikan sehinggan oksigen bisa merata di semua kolom air kolam. Aliran oksigen di setting dengan kecepatan 10 L/menit.
  3. Bahan untuk membuat media bioflok adalah garam krosok 1 kg/m3, kapur dolomit 50 gram/m3, molase 100 ml/m3, probiotik dengan komposisi baketri Baccilus sp. 10 ml/m3 (menggunakan kombinasi sel multi dan bioflokulan). Masing – masing bahan tersebut secara berurutan di larutkan dengan air dan dimasukkan ke dalam kolam.
  4. Kolam didiamkan selama 7-10 hari atau sampai dinding kolam terasa licin jika dipegang.
  5. Kualitas air diukur dan dipertahankan minimal kandungan oksigen terlarut 3 mg/L dan pH 6-8 serta dilakukan pengamatan warna air.
  6. Benih ikan Nila dimasukkan ke dalam kolam pada sore hari (15 Juli 2020) dengan rencana kepadatan 120 ekor/ m3, tetapi karena keterbatasan benih maka di coba dengan kepadatan 90 ekor/ m3.
  7. Ikan diberi makan setelah 2x24 jam dengan dosis 3 persen dari berat badan ikan.
  8. Air harus dirawat dengan cara berikut:
  • Dilakukan penambahan molase dan probiotik jika kadar oksigen mendekati 3 mg/L.
  • Dilakukan penambahan dolomit jika terjadi perubahan pH air menjadi cenderung asam (pH 5).
  • Air media bioflok diusahakan berwarna kecoklatan.
  • Volume flok dipertahankan hingga 50 ml/L dan jika flok terlalu padata makan pemberian pakan dihentikan.
  • Penambahan air dilakukan bila terjadi penguapan.

Keuntungan budidaya Ikan Nila dengan Sistem Bioflok

Dengan menerapkan sistem budidaya ikan nila maka keuntungan yang didapat, pertama, dapat meningkatkan kelangsungan hidup atau survival rate (SR) hingga lebih dari 90 persen tanpa pergantian air.

Air hasil budidaya ikan nila dengan sistem bioflok tidak berbau, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar dan dapat disinergikan dengan budidaya tanaman misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan.

Hal ini disebabkan karena adanya mikroorganisme yang mampu mengurai limbah budidaya menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman.

Kedua, Feed Conversion Ratio (FCR) atau perbandingan antara berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya dengan berat total (biomass) yang dihasilkan pada ikan nila mampu mencapai angka 1,03.

Artinya penggunaan pakan sangat efisien untuk menghasilkan 1 kg ikan nila hanya membutuhkan 1,03 kg pakan.

Jika dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam biasa FCRnya mencapai angka 1,5. Ketiga, padat tebarnya pun mampu mencapai 100-150 ekor/m3 atau mencapai 10-15 kali lipat dibanding dengan pemeliharaan di kolam biasa yang hanya 10 ekor/m3.

Keempat, aplikasi sistem bioflok pada pembesaran ikan nila juga telah mampu meningkatkan produktivitas hingga 25 – 30 kg/m3 atau 12-15 kali lipat jika dibandingkan dengan di kolam biasa yaitu sebanyak 2 kg/m3.

Kelima, waktu pemeliharaan lebih singkat, dengan benih awal yang ditebar berukuran 8 – 10 cm, selama 3 bulan pemeliharaan, benih tersebut mampu tumbuh hingga ukuran 250 – 300 gram/ekor sedangkan untuk mencapai ukuran yang sama di kolam biasa membutuhkan waktu 4-6 bulan.

Keenam, ikan nila yang berasal dari hasil budidaya sistem bioflok biasanya lebih gemuk karena dihasilkan dari pencernaan makanan yang optimal.

Kemudian, komposisi daging atau karkasnya lebih banyak dan kandungan air dalam dagingnya lebih sedikit.

Baca juga artikel terkait BUDIDAYA IKAN atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Maria Ulfa