Menuju konten utama

Swing Voters Tak Akan Terpengaruh Hasil Debat Perdana

Debat perdana diperkirakan tidak terlalu mempengaruhi arah pilihan para swing voters pada Pilkada DKI Jakarta. Kualitas debat dan kemampuan ketiga paslon dalam memaparkan ide aplikatif yang bernas dan solutif mampu memengaruhi pilihan para swing voters.

Swing Voters Tak Akan Terpengaruh Hasil Debat Perdana
Pejalan kaki melintas di depan alat peraga kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 di Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (3/1). Menjelang Pilkada serentak yang akan berlangsung pada 15 Februari 2017 sejumlah alat peraga kampanye mulai bermunculan di Ibu Kota. ANTARA FOTO/Reno Esnir/kye/17.

tirto.id - Debat perdana Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang bertarung Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti malam diprediksi tidak akan terlalu memengaruhi pilihan para swing voters . Hal ini diungkapkan, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun kepada Tirto.

Pengaruh yang signifikan dalam menentukan pilihan bagi swing voters, menurut Ubedilah, adalah saat debat terakhir. Dia memprediksikan pada debat perdana ini, baik Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno terbilang masih ‘cari aman’.

“Tidak terlalu signifikan yang pertama. Karena masih jaga-jaga.”

Meski begitu dalam setiap debat ketiga paslon ini mesti menampilkan gagasan yang bagus untuk menarik pilihan para swing voters.

“Kalau debat itu terlihat perdebatan gagasan dan ide besar tentang membangun DKI Jakarta, tentu dia memiliki pengaruh terhadap swing votes. Dia (paslon) bisa menggeser pilihan ketika kandidat menunjukan performa yang meyakinkan bagi pemilih,” ungkap Ubedilah pada Tirto.

Lebih lanjut, Ubedilah menjelaskan, ada beberapa hal yang patut menjadi fokus para paslon dalam merebut hati swing voters. Salah satunya adalah dengan menampilkan gagasan aplikatif untuk menyelesaikan masalah ibu kota.

Dengan jumlah swing voters yang separuhnya merupakan pemilih muda, ketiga paslon harus menampilkan keyakinan dalam memaparkan solusi, bukan jawaban yang bersifat normatif.

Terkait hal ini, kata Ubedilah, petahana bisa diuntungkan dengan pengalaman yang mereka miliki. Tetapi, problem yang masih ada bisa menjadi bumerang bagi paslon lain untuk melangsungkan serangan politik.

“Jadi sama aja. Seperti saat Pak Jokowi melawan Foke (Fauzi Bowo) yang petahana. Peluangnya sama saja antara petahana dan non-petahana,” ungkap Ubedilah.

Dengan selisih angka elektablitas yang tipis, penting bagi ketiga paslon untuk mampu meyakinkan swing voters. Pasalnya, jumlah swing voters pada Pilkada DKI Jakarta mampu merubah peta dukungan paslon. Sejauh ini, jumlah swing voters mencapai 15.2 persen berdasarkan data Populi Centre, 19.4 berdasarkan data Median, dan 28.2 persen berdasarkan data Lembaga Survei Indonesia.

Swing Voters pada Debat Perdana Trump vs Clinton

Menilik dari perhelatan Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun lalu, debat perdana juga tidak berdampak signifikan bagi swing voters. Pasca-debat pertama pada September 2016, berdasarkan survei CNN/ORC, terjadi pergeseran tipis mengenai basis pendukung dua paslon di beberapa negara bagian.

Di Florida dan New Hampshire, misalnya, yang diklaim sebagai negara bagian pendukung Trump, justru beralih mendukung Hillary usai debat. Adanya pergeseran tipis itu dibarengi juga dengan margin error yang cukup besar.

Selain itu, lembaga survey Amerika Serikat Mason-Dixon, melihat ada kecenderungan beberapa negara bagian abu-abu, sebutan bagi negara bagian non-pendukung Hillary dan Trumph, untuk menentukan pilihan pada Hillary. Salah satu suara negara bagian yang mampu direbut Hillary usai debat perdana tersebut adalah Tampa Bay.

Meski demikian, melihat dari sejarah yang ada, pasangan calon yang ‘menang’ dalam debat perdana tidak serta-merta menjadi pemenang pada pemilihan. Mengacu pada debat Pilpres AS misalnya, dari 12 kampanye dengan debat siaran langsung, 4 kandidat yang dinyatakan kalah justru keluar sebagai pemenang pemilihan presiden. Empat kandidat itu adalah Jimmy Carter pada 1976, Ronald Reagan pada 1984, Barrack Obama pada 2012, dan Donald Trump pada 2016.

Jadi, sekali lagi, debat perdana rasanya belum bisa dijadikan tolak-ukur dalam merubah arah pilihan para swing voters. Pun menentukan kemenangan paslon dalam Pilkada ke depan.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAGUB DKI 2017 atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Politik
Reporter: Ririn Herlinawaty
Penulis: Hendra Friana
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan