Menuju konten utama

Survei LSI: Debat Tak Pengaruhi Elektabilitas

Pertemuan calon gubernur dan calon wakil gubernur lebih mempengaruhi elektabilitas.

Survei LSI: Debat Tak Pengaruhi Elektabilitas
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (kiri)-Slyviana Murni (kedua kiri), Basuki Tjahaja Purnama (ketiga kiri)-Djarot Saiful Hidayat (ketiga kanan), dan Anies Baswedan (kedua kanan)-Sandiaga Uno (kanan) mengikuti debat ketiga Pilkada DKI Jakarta di Jakarta, Jumat (10/2). Debat ketiga diselenggarakan dengan mengangkat tema Kependudukan dan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/kye/17

tirto.id - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adrian Sopa mengatakan debat Pilkada DKI Jakarta tidak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas calon gubernur dan calon wakil gubernur. “Kalau kami bandingkan yang belum memutuskan ada di angka 11% swing voters, sekarang setelah debat jadi 8%. Ada perubahan, tetapi tidak signifikan," kata Adrian di Rawa Mangun, Jakarta Timur, Jumat (10/02/2017)

Sopa mengatakan perubahan swing voters tidak hanya dari debat. Tapi juga dari intensitas pertemuan antara masing-masing calon dengan masyarakat. "Debat penting tetapi secara efek electoral tidak mengubahnya,” ucap Adrian .

Sukarnya debat mempengaruhi elektabilitas karena tidak bisa dipastikan berapa jumlah masyarakatyang menonton debat. Kalaupun ada yang menonton, hal itu dilakukan hanya untuk mengonfirmasi dukungan terhadap calon yang didukung.

Selang beberapa hari lagi masa kampanye akan berakhir tanggal 11 Februari dan akan memasuki hari tenang. Andrian mengatakan elektabilitas masing-masing kandidat tidak akan jauh berbeda dari hasil survey terakhir. “Dalam kondisi persaingan yang maha ketat, swing voters menjadi penentu. Swing voters didefinisikan sebagai pemilih yang belum menentukan pilihan. Yaitu para undecided voters ditambah pemilih yang sudah memilih tapi masih ragu (soft supporters)," ungkap dia.

Survei LSI menyatakan elektabilitas pasangan Agus-Silvy di angka 30,9% dengan 6,3% soft supporter di dalamnya. Pasangan Ahok-Djarot yang memiliki elektabilitas 30.7% dengan 3,5% soft supporter. Anis-Sandi memiliki elektabilitas 29,9% terdapat 4,3% supporter di dalamnya.

Secara keseluruhan, jumlah swing voters yakni 22,6%, yakni 14,1% total soft supporter, dan 8,5% total yang belum menentukan pilihan. Lebih lanjut, Adrian menambahkan, swing voters mayoritas yakni pemilih muslim. Mereka pemilih mayoritas dengan populasi +/- 85%. Sementara itu, pemilih muslim yang sudah menentukan pilihan sebesar 75.8%. Terdapat 24,2% yang masuk kategori swing voters. Untuk pemilih non muslim (+/- 15%) umumnya sudah menetukan pilihan (88.0% sudah menentukan pilihan). Tersisa 12.0% yang masih ragu, bisa berpindah da belum menentukan pilihan.

Dari segi lain, swing voters umumnya beretnis Jawa dan Sunda. Etnis Jawa yang sudah menentukan pilihan sebanyak 73.2% sedangkan swing voters sebanyak 26.8%. Sedangkan etnis Sunda sebesar 75,4% dengan swing voters 24,6%.

Swing voters lebih tinggi pada segmen pemilih yang melihat kesamaan agama penting. Mereka menganggap Ahok menista agama, umumnya berpendidikan SMA ke bawah, dan umumnya segmen ekonomi berpenghasilan di bawah 3,5 juta perbulan.

Karena itu Adrian menyarankan untuk seluruh kandidat agar memanfaatkan lima hari tersisa untuk bisa mendekati kelompok swing voters. “Dari etnis Jawa dan Sunda, bagaimana kegiatan kandidat menyasar kelompok ini. Pendapatan 3,5 juta dan dari SMA ke bawah. Mereka bisa menawarkan program sehingga lebih yakin pilihannya terhadap kandidat yang mana,” tutur dia.

Baca juga artikel terkait HARD NEWS atau tulisan lainnya

tirto.id - Politik
Reporter: Chusnul Chotimah & Chusnul Chotimah
Editor: Jay Akbar