tirto.id - Tentara Suriah telah mengumumkan pemberlakuan gencatan senjata di negeri itu, demikian yang dilansir dari BBC. Penghentian perselisihan itu akan berlangsung selama tujuh hari sejak Senin (12/9/2016) saat matahari terbenam dan akan diterapkan hingga 19 September.
Meskipun gencatan senjata telah diumumkan militer Suriah, pihaknya tetap memiliki hak untuk menindak pelanggaran apa pun yang kemungkinan dilakukan oleh para pemberontak, seperti yang dilansir Antara.
Kesepakatan penghentian permusuhan itu tecapai pada Jumat (9/9/2016) di Jenewa, Swiss antara Rusia dan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang membantu menengahi kesepakatan itu, memperingatkan hal itu bisa menjadi kesempatan terakhir bagi perdamaian di Suriah.
Persetujuan itu juga mensyaratkan agar kedua belah pihak dapat memberikan akses tanpa hambatan untuk kemanusiaan ke daerah-daerah yang terkepung, demikian yang dilansir dari BBC. Karenanya, sejumlah kelompok kemanusiaan berharap untuk melakukan pengiriman bantuan ke daerah-daerah yang paling parah terkena dampak perang, terutama kota yang dilanda perang dari Aleppo.
John Kerry, berbicara di Departemen Luar Negeri di Washington, mengatakan bahwa laporan awal menunjukkan telah terjadi beberapa upaya meminimalisasi kekerasan. Meski begitu, dia mengatakan bahwa itu terlalu dini untuk menarik kesimpulan yang pasti tentang seberapa efektif nantinya gencatan senjata tersebut.
Sementara itu, Kelompok Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia memantau bahwa kondisi tanpa adu senjata ini telah tampak pada sebagian besar lini depan kedua pihak. Jika gencatan senjata yang berlaku efektif selama tujuh hari, AS dan Rusia akan melaksanakan serangan udara terkoordinasi terhadap kelompok-kelompok militan.
Setelah adanya kesepakan gencatan senjata, kelompok oposisi Tentara Pembebasan Suriah mengatakan akan "bekerja sama secara positif" meski khawatir keputusan itu akan menguntungkan pemerintah. Di lain pihak, kelompok pemberontak utama yang lainnya, garis keras Islam Ahrar al-Sham, pun awalnya menolak kesepakatan itu tetapi kemudian telah melunak sikapnya.
Sebelumnya, Presiden Bashar al-Assad menyambut kesepakatan itu. Akan tetapi, ia juga mengatakan negara Suriah masih bertekad untuk memulihkan setiap daerah dari teroris, dan membangun kembali wilayahnya. Penghentian kekerasan direncanakan akan diperbarui setiap 48 jam.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari