tirto.id - Serangan peluru kendali AS ke pangkalan udara Suriah ditujukan untuk melayani tujuan teroris bersenjata dan demi keuntungan kelompok ISIS. Hal ini diungkapkan Talal Barazi, Gubernur Provinsi Homs, yang di wilayahnya terletak pangkalan udara Suriah al-Shayrat, target puluhan misil AS.
“[Serangan AS] menargetkan posisi militer di Suriah dan di Homs, khususnya, untuk melayani tujuan terorisme di Suriah dan Israel dalam jangka panjang,” kata Barazi dalam siaran televisi yang dilansir dari The Guardian, Jumat (7/4/2017).
Kepemimpinan dan kebijakan Suriah, dituturkan Barazi, tidak akan berubah. Pasalnya, target ini bukan yang pertama dan Barazi tidak percaya serangan itu akan menjadi yang terakhir.
"Kelompok-kelompok teroris bersenjata dan Daesh [ISIS] telah gagal membidik Tentara Arab Suriah dan posisi militer Rusia," kata Barazi menjelaskan. Pemerintah Suriah menganggap semua kelompok bersenjata yang menentang rezim sebagai teroris.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali ke sebuah pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan. Trump menyebut aksinya ini untuk kepentingan keamanan nasional Amerika dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Trump memerintahkan serangan rudal ini sehari setelah dia menuduh Assad ada di balik serangan senjata kimia pekan ini yang menewaskan paling sedikit 70 orang yang kebanyakan darinya anak-anak, di kota Khan Sheikhoun. Pemerintah Suriah membantah berada di belakang serangan itu.
Pascaserangan, Talal Barazi memperkirakan tidak ada dampak kemanusiaan yang besar di pangkalan udara itu. Meskipun begitu, ia menambahkan, ada kerusakan material akibat serangan. "Sejumlah pemadam kebakaran dan operasi penyelamatan telah berlanjut selama lebih dari dua jam," paparnya.
Barazi juga bersikeras bahwa pangkalan udara al-Shayrat yang dikatakan AS adalah lokasi asal serangan gas sarin di Khan Sheikhun diluncurkan, digunakan untuk mendukung operasi rezim Suriah melawan ISIS.
Sementara itu, kelompok oposisi Suriah justru menyambut serangan AS itu karena mengakhiri era impunitas dan menyebutnya sebagai permulaan.
Mayor Jamil al-Saleh, seorang komandan pemberontak dukungan AS di distrik Hama yang dilanda menjadi salah satu wilayah serangan senjata kimia, mengatakan dirinya berharap serangan AS di pangkalan udara pemerintah akan menjadi “titik balik” dalam perang enam tahun.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari