tirto.id - Mantan menteri keuangan Mar'ie Muhammad yang meninggal dunia pada usai 77 tahun hari ini merupakan tokoh yang cukup berpengaruh pada masanya. Tidak sedikit tokoh nasional saat ini yang memiliki kesan mendalam terhadap sosoknya, salah satunya adalah mantan menteri energi dan sumber daya mineral Sudirman Said.
Mengenal sang "Mr.Clean" pertama kali ketika masih duduk di bangku kuliah di Washington DC sekitar tahun 1993, Sudirman mengatakan bahwa Mar'ie merupakan tokoh yang memiliki kredibilitas tinggi dan banyak dihormati oleh para koleganya.
Said mengatakan, salah satu pengalaman yang paling berkesan dan merepresentasikan hal itu adalah ketika ia bersama sejumlah koleganya, seperti Andi Eldes, Nizar Suhendra, dan Achyar Lubis mempersiapkan diskusi-diskusi mengenai krisis multi dimensi pasca peristiwa penembakan Trisakti dan Semanggi.
Ia mengatakan, sosok Mar'ie lah yang kemudian membuat diskusi-diskusi itu mudah dihadiri oleh sejumlah tokoh publik seperti Kuntoro Mangkusubroto, Prof. Koesnadi Hardjasumantri (alm), Pak Susilo Bambang Yudhoyono, Gunadi, Sri Mulyani Indrawati, Prof. Dr. Juwono Sudarsono, Prof. Boediono, dan Prof. Dr. Malik Fadjar.
"Karena ketokohan dan kredibilitas beliaulah maka sejumlah tokoh penting itu dengan ringan bergabung dan berkontribusi pada komunitas diskusi ini," kata Said dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/12/2016).
Komunitas diskusi itu kemudian berkembang menjadi Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) yang berdiri pada tanggal 10 Agustus 1998, dan lagi-lagi, lanjutnya, Mar'ie menjadi tokoh sentral yang mampu membuat sejumlah tokoh-tokoh lintas disiplin dan lintas generasi sepakat untuk bergabung dalam wadah tersebut.
Bagi Said, pribadi Mar'ie merupakan pribadi yang sungguh-sungguh berkomitmen terhadap pemberantasan korupsi. Ia menyaksikan sendiri secara langsung bagaimana kuatnya komitmen Mar'ie untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih.
Pada awal tahun 2000, misalnya, ketika keadaan keuangan MTI kurang menggembirakan di tengah persiapan dua hajat besar, yakni penyelenggaraan Leadership Training for Good Governance di 24 wilayah di Indonesia dan studi pendirian badan Independen anti korupsi yang belakangan menjadi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Secara spontan Mar'ie melelang bekas mobil dinasnya yang diberikan oleh Pemerintah dan menyumbangkannya kepada MTI, jelas Said.
Proses pendirian KPK, lanjutnya, juga tak lepas dari kerja keras Mar'ie yang rajin berkomunikasi dengan para pemimpin partai maupun birokrasi.
Di bawah kepemimpinan Mar'ie pula lah, lanjut Said, proses rekonstruksi Aceh dan Nias pasca tragedi Tsunami banyak dipuji oleh dunia sebagai rekonstruksi pasca bencana paling sukses dan bersih dari korupsi.
Satu pesan Mar'ie yang masih diingat oleh Said terkait bagaimana cara beliau menggapai puncak karir tanpa harus masuk dalam lumpur korupsi birokrasi adalah ketika ia menekankan bagaimana korupsi dan pemberantasan korupsi pada dasarnya merupakan pilihan yang dapat dengan bebas diambil oleh setiap individu. Integritaslah yang kemudian menentukannya.
"Kalau kita lihat mobil mogok, kita bisa hanya memandang dari kejauhan sambil berkomentar, atau ikut mendorong meminggirkan, atau syukur syukur bisa memperbaiki. Saya memilih ikut memperbaiki dengan risiko tangan ini akan kena debu dan oli, bahkan bisa luka. Yang penting adalah ketika kita pulang ke rumah, cuci tangan! Jangan biarkan oli dan kotoran masuk ke rumah tangga kita," kata sang Mr.Clean.
Selamat jalan Mar'ie Muhammad! kami akan lanjutkan perjuanganmu, semaksimal mungkin, semampu kami bisa.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara