Menuju konten utama

Sudah Ada Antisipasi & Prediksi, Tetapi Macet Mudik Tetap Terjadi

Masyarakat menghindari hari yang diprediksi bakal terjadi puncak arus mudik, tapi mereka malah kena macet.

Sudah Ada Antisipasi & Prediksi, Tetapi Macet Mudik Tetap Terjadi
Kendaraan pemudik terjebak antrean panjang di ruas Tol Fungsional Salatiga-Kartasura, Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (12/6/2018). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Macet panjang hingga puluhan kilometer sempat terjadi di jalur tol Cikampek dan Cipali pada Rabu (13/6) atau bertepatan dengan H-2 lebaran. Di Cikampek kemacetan terjadi hingga sejauh 30 kilometer dan memaksa petugas memberlakukan jalur satu arah sepanjang 182 kilometer dari KM53. Di tol Cipali, kemacetan terjadi hingga mencapai 42 kilometer juga memaksa petugas memberlakukan satu arah hingga ke Kanci.

Mengapa macet masih terjadi saat segala kemungkinan sudah diprediksi?

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sempat memprediksi puncak arus mudik terjadi pada tanggal 13 juni sampai 14 Juni 2018. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 tahun 2018 tentang Pengaturan Lalu Lintas pada Masa Angkutan Lebaran tahun 2018. Dalam aturan tersebut, truk dilarang melintasi tol dari tanggal 12 sampai 14 Juni 2018.

Namun, begitu jadwal libur cuti bersama dipastikan pada 11 Juni sampai 19 Juni, Menteri Budi mengubah prediksi puncak arus mudik menjadi tanggal 8 Juni sampai 9 Juni 2018. Namun, prediksinya, seperti terlihat di Cikampek dan Cipali gagal mengatasi kemacetan.

Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan prediksi tentang puncak arus mudik justru menjadi sebab kemacetan tidak terprediksi. Sebagian orang akan menghindari hari yang diprediksi, alih-alih menghindari kemacetan. “Justru yang Jumat-Sabtu biasa saja, yang puncak kedua malah macet,” katanya pada Tirto, Kamis (13/6/2018).

Djoko mengatakan kemacetan yang gagal diprediksi juga terjadi karena pemerintah tidak tegas memutuskan lamanya libur cuti bersama lebaran. Akibatnya, ada sebagian perusahaan swasta yang memutuskan libur lebaran untuk karyawan dimulai pada Kamis 14 Juni 2018 dan membuat para karyawan memilih mudik pada tanggal 13 Juni 2018.

“Berikutnya semoga lebih baik,” ujar Djoko.

Djoko mengapresiasi langkah pemerintah melalui Kemenhub, Jasa Marga, dan Polri yang memberikan informasi terkini jumlah kendaraan mudik lebaran 2018 dan titik-titik kemacetan. Seharusnya, masyarakat yang mengikuti jadwal tersebut bisa terhindar dari kemacetan yang terlalu padat.

“Sudah lumayan. Sekarang Kemenhub dan Polri sudah memberikan informasi dengan update. Apabila warga mengikuti informasi kepolisian dan cermati itu, itu sangat membantu,” katanya lagi.

Ia juga menilai usaha mengatasi kemacetan di Cikampek dan Cipali dengan memberlakukan jalur satu arah sebagai strategi jitu atasi kemacetan.

Tsarina Maharani pemudik dari Jakarta ke arah Kuningan mengakui pemberlakuan jalur satu arah sangat membantu mengatasi kemacetan. Tsarina menceritakan ia bersama dengan tiga anggota keluarganya memulai perjalanan pada Kamis 14 Juni 2018 pukul 09.00 pagi melalui jalur tol Cikampek. Ketika jam menunjukkan pukul 11.00, ia sudah sampai di Palimanan, tepatnya di jalur tol Cipali KM152. “Lancar banget. Ini udah normal,” katanya.

Rani memilih mudik pada H-1 jelang Lebaran karena baru mendapat jatah liburan. Namun menurut pengalamannya berangkat mudik dari jauh-jauh hari malah lebih macet. “Dari pengalaman, sih, H-1 udah lancar. Biasanya tuh yang berangkat H-1 tuh tinggal yang kampungnya dekat-dekat,” katanya lagi.

Ia mengaku, mudik kali ini tidak menimbulkan kepenatan di jalan karena tidak ada titik kemacetan yang terlalu panjang. Ia juga terus mengikuti akun twitter Jasa Marga sehingga bisa mendapat perkembangan terkini tentang kemacetan yang terjadi “Soal macet yang masih ada ya mau gimana? Menurut gue emang penduduk kita nyatanya padat, sih,” katanya.

Pendapat berbeda disampaikan oleh Habibi, pemudik dari Depok ke arah Banyumas, Jawa Tengah. Ia menjadi salah satu pemudik yang terjebak kemacetan pada tanggal 13 Juni di jalur tol Cikampek. Sejak KM 19 hingga KM 37 ia tempuh dengan perjalanan selama kurang lebih empat jam. Di tengah jalan, karena lelah, ia bahkan harus beristirahat meski belum jauh melaju. Dari pengakuannya, kecepatan kendaraan hanya mencapai 10km/jam.

“Masih padat. Kalau dilihat di Google Maps itu sampai KM50-an. Saya masuk tol Cikampek pukul 10.00. Jam dua [siang] masih di KM 37,” katanya saat dihubungi Tirto.

Jadi Bahan Evaluasi

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku sedang memikirkan konsep pengaturan lalu lintas yang lebih rinci untuk menghadapi musim mudik setiap tahun. Ia menyebut konsep itu akan membatasi jumlah kendaraan yang bisa melintas di jalan tol selama musim mudik jelang Idul Fitri.

"Jadi mereka [pemudik] mesti, katakanlah jam 08.00-10.00 itu [bisa masuk tol] jika [identitasnya] warnanya merah, jam 10.00-12.00 yang [identitasnya] warnanya hijau. Dengan itu kami batasi kalau mereka daftar. Katakanlah batasannya ada 10 ribu [kendaraan untuk suatu waktu], nanti di luar itu tidak bisa melintas," ujar Budi di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (14/6/2018).

Konsep pembatasan jumlah mobil di tol saat mudik dipikirkan Budi setelah melihat arus lalu lintas di jalan bebas hambatan itu selama musim mudik 2018. Pada musim mudik tahun ini, Kemenhub telah memprediksi bahwa puncak arus kendaraan keluar jakarta terjadi pada H-7, H-6, H-3, dan H-2 Idul Fitri.

"Kami lagi pikirkan konsep, sebenarnya orang mudik itu bisa dijamin tidak sih? Kami lagi lakukan manajemen yang lebih detail terkait hal itu. Survei kami memang tak menunjukkan jam berapa mereka [pemudik] akan jalan," ujar Budi.

Tren jumlah mobil yang melintas di jalan tol pada H-2 Idul Fitri tahun ini mengalami penurunan jika dibanding periode yang sama tahun lalu.

Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Mohammad Iqbal menyampaikan kemacetan yang terjadi selama ini masih dalam tahap biasa dan bukan sangat macet. Menurutnya, tidak ada stuck atau berhenti total di jalan. Ia menegaskan, yang menyebabkan kemacetan bukanlah masalah jumlah kendaraan, tapi lebih pada keberadaan rest area.

“Memang ada beberapa penyempitan, penyempitan penyebabnya penumpukan di rest area dan bisa diurai itu oleh kami, Polda Metro, dan Polda Jabar. Jadi faktor utamanya karena rest area dan penyempitan karena pembangunan LRT, itu saja,” tegasnya.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2018 atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Editor: Muhammad Akbar Wijaya & Maulida Sri Handayani