tirto.id - Juventus menggunakan tagar #stron9er untuk merayakan gelar juara Liga Italia 9 kali beruntun sejak musim 2011/2012 hingga 2019/2020. Sepanjang musim, pelatih Maurizio Sarri lebih banyak memakai formasi 4-3-3 dengan variasi 4-3-1-2. Cristiano Ronaldo jadi sosok paling vital: 10 kali jadi man of the match Serie A.
Kemenangan atas Sampdoria 2-0 pada Senin (27/7/2020) membuat Juventus total memiliki 83 angka. Jumlah ini sudah tidak mungkin dikejar oleh Internazionale, sang peringkat kedua yang baru mengumpulkan 76 poin ketika kompetisi tinggal 2 pekan lagi.
Skuad Juventus terlihat punya kekuatan merata di semua lini. Di posisi penjaga gawang, ada Wojciesch Szczesny yang tampil 28 kali di Serie A, mengungguli kiper veteran Gianluigi Buffon (8 kali). Di posisi bek, ada Leonardo Bonucci yang sejauh ini jadi pemain Juve dengan menit terbanyak di Liga Italia (2.945 menit).
Lini tengah Juventus memiliki Rodrigo Bentancur dan Miralem Pjanic, yang dari keduanya terlahir total 13 assist dalam 36 laga Serie A. Sedangkan di barisan depan, ada Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala yang tidak diragukan lagi ketajamannya.
Juventus terkesan inkonsisten musim ini. Namun, hasil pertandingan yang menunjukkan hal itu sebenarnya baru terjadi sejak pertengahan hingga akhir kompetisi. Setidaknya, dalam 19 laga awal Serie A, Juve tidak pernah tumbang, sebelum ditaklukkan Lazio 3-1 di giornata 20 pada Desember 2019.
Lini belakang Bianconeri terkesan rapuh dibandingkan musim-musim sebelumnya kala dilatih Massimiliano Allegri. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kemasukan gol Juventus, yang dalam 5 musim bersama Allegri tidak pernah melewati angka 30. Sebaliknya, musim ini baru 36 laga, Juve sudah terkoyak 38 kali. Ini adalah yang terburuk dalam 60 tahun terakhir.
Maurizio Sarri tercatat lebih banyak menurunkan formasi 4-3-3 (17 kali) atau 4-3-1-2 (15 kali) dibandingkan formasi varian 4-4-2, yaitu 4-1-2-1-2 (2 kali) dan 4-4-2 (2 kali). Ciri khas lain Bianconeri era Sarri dengan rata-rata ball possessions tinggi (56,3 persen) adalah garis pertahanan yang tinggi.
Sarri menginstruksikan dua fullback-nya untuk lebih menyerang. Selain itu, jarak kedua bek tengah dan gelandang bertahan juga terlalu rapat. Hal tersebut memberikan banyak ruang di sisi sayap bagi lawan. Menurut statistik Whoscored, Bianconeri rata-rata terancam 17 crossing tiap pertandingan.
Hanya Inter Milan (18 kali) yang memiliki "kebobolan crossing" lebih banyak dibanding Juventus di antara tim 4 besar lainnya.
Puncak rapuhnya strategi bertahan Sarri terjadi begitu kompetisi dimulai kembali usai jeda pandemi COVID-19. Bianconeri kebobolan 14 gol hanya dari 10 pertandingan.
"Musim ini merupakan gelar paling indah sekaligus paling sulit. Kami kepayahan menginterpretasikan instruksi pelatih. Kami memulai perjalanan baru dengan banyak pendapat skeptis, tapi kami memberikan segalanya, meski masih sering terpeleset," ungkap Leonardo Bonucci menanggapi sulitnya beradaptasi dengan taktik Sarri.
Kendati rapuh di lini belakang, Juventus tetap produktif dalam menciptakan peluang dan gol. Mereka adalah tim ketiga dengan rata-rata shots per laga terbanyak (17,6 tembakan) di Liga Italia setelah Atalanta (19 tembakan) dan Napoli (18,3 tembakan). Jumlah 75 gol Juve pun hanya kalah dari Atalanta (96 gol), Inter Milan (77 gol), dan Lazio (76 gol).
Statistik Cristiano Ronaldo di Serie A 2020
Ketajaman lini depan Juventus tidak dapat lepas dari sosok sang penyerang, Cristiano Ronaldo. Peraih 5 kali Ballon d'Or tersebut sudah menciptakan 31 gol dari 32 penampilan dan hanya terpaut 3 gol dari top skor sementara Serie ACiro Immobile dengan sisa 2 laga lagi. 41% gol Nyonya Tua di Serie A musim ini merupakan kontribusi Cristiano.
Sang penyerang 35 tahun tersebut menjadi pemain pertama yang sanggup mencetak 50 gol di tiga liga top Eropa, Serie A, English Premier League, serta LaLiga Spanyol. Ronaldo juga menjadi pemain tercepat dalam mencetak 50 gol di sejarah Serie A. Cristiano hanya membutuhkan 61 laga, memecahkan rekor Andriy Shevchenko (69 laga).
Bersama Ciro Immobile musim ini, catatan 30+ gol Cristiano membuat dirinya masuk ke daftar empat pemain yang dalam 60 tahun terakhir mampu mencetak 30 gol lebih di ajang Serie A. Dua nama lainnya adalah Luca Toni dan Gonzalo Higuain.
Menariknya, Cristiano seakan bertambah matang dalam mencari ruang di sepertiga akhir lapangan. Meski memiliki rata-rata tembakan (6,2 per laga) ke gawang paling tinggi di antara pemain mana pun di lima liga top Eropa, Cristiano belum sekali pun terjebak offside.
Penampilan impresifnya di usia yang sudah tidak muda lagi untuk ukurang pemain sepak bola, eks penyerang Real Madrid diganjar 10 kali man of the match di Serie A musim ini. Jumlah tersebut hanya dapat disamai oleh gelandang Lazio, Luis Alberto.
"Senang dengan gelar kedua secara beruntun dan untuk membangun sejarah klub yang hebat dan indah ini," tulis Cristiano di akun Instagram pribadinya.
"Gelar ini didedikasikan untuk semua penggemar Juventus, khususnya bagi mereka yang telah menderita karena pandemi. Tidak mudah! Keberanian Anda, sikap Anda, dan tekad Anda adalah kekuatan yang kami butuhkan untuk menyelesaikan kompetisi ketat ini. Peluk bagi Anda semua," tandas penyerang asal Portugal tersebut.
Formasi Andalan Juventus di Serie A 2019/2020
Formasi: 433
Laga: 17 kali
Jumlah Gol: 40
Jumlah Bobol: 20
Hasil: 12 menang, 2 seri, 3 kalah
Kiper: Wojciech Szczesny
Bek: Juan Cuadrado, Matthijs de Ligt, Leonardo Bonucci, Alex Sandro
Gelandang: Rodrigo Bentancur, Miralem Pjanic, Adrien Rabiot
Penyerang: Federico Bernardeschi, Paulo Dybala, Cristiano Ronaldo
Daftar Pemain Juventus Man of The Match di Serie A 2019/2020
Pemain | MotM | Nilai |
Cristiano Ronaldo | 10 | 7,85 |
Paulo Dybala | 3 | 7,44 |
Wojciech Szczesny | 3 | 6,99 |
Aaron Ramsey | 1 | 6,63 |
Adrien Rabiot | 1 | 6,83 |
Alex Sandro | 1 | 6,99 |
Danilo | 1 | 6,68 |
Douglas Costa | 1 | 6,75 |
Giorgio Chiellini | 1 | 6,76 |
Gonzalo Higuaín | 1 | 6,83 |
Juan Cuadrado | 1 | 7,12 |
Miralem Pjanic | 1 | 7,10 |
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Fitra Firdaus