tirto.id - Puncak Merapi masih mengeluarkan asap kawah atau solfatara bertekanan lemah hingga tebal pada Selasa (5/6/2018) setelah gunung berapi itu mengalami erupsi tiga kali sejak 1 Juni lalu. Informasi ini berdasarkan hasil pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
"Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 10-20 meter di atas puncak kawah," kata Penyusun Laporan BPPTKG Heri Suparwaka dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir Antara.
Heri memaparkan, dari pantauan BPPTKG pukul 00.00-06.00 WIB, ada sejumlah aktivitas kegempaan di Gunung Merapi. Gempa hembusan tercatat terjadi satu kali dengan amplitudo 9 mm dan durasi 17,5 detik, gempa guguran tiga kali terjadi dengan amplitudo 3-12 mm dan durasi 21-50 detik.
Sementara itu, gempa hybrid satu kali terjadi dengan amplitudo 14 mm dan durasi 19 detik, serta gempa tektonik jauh dua kali terjadi dengan amplitudo 5 mm dan durasi 68.9-255 detik.
Cuaca di Gunung Merapi kini terpantau cerah, berawan, dan mendung dengan angin bertiup lemah hingga sedang ke arah selatan, barat daya, dan barat. Ada pun suhu udara 16 sampai 20.8 derajat Celsius kelembaban udara 71-94 persen dan tekanan udara 871 sampai 918.8 mmHg.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida meminta masyarakat tidak panik dengan asap solfatara yang akhir-akhir ini kerap berhembus dari gunung api teraktif di Indonesia itu.
Hanik menjelaskan bahwa asap solfatara yang keluar dari gunung di perbatasan Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) serta Magelang, Boyolali, Klaten di Jawa Tengah tersebut merupakan peristiwa normal yang menunjukkan adanya aktivitas vulkanik di Gunung Merapi.
"Karena memang mulai tanggal 11 Mei 2018 ada letusan, sehingga asap yang keluar tersebut selama beberapa minggu ini merupakan bagian adanya aktivitas," kata Hanik.
Berdasarkan data aktivitas vulkanik Merapi, hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.
Kegiatan pendakian Gununng Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan BPPTKG, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
"Radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk. Masyarakat yang tinggal di KRB lll mohon meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi," demikian imbauan BPPTKG merujuk pada warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana.
Gunung Merapi yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah terakhir meletus tiga kali pada Jumat (1/6/2018). Erupsi Merapi terjadi pada pagi hari sekitar pukul 08.20 WIB. Setelahnya, Merapi meletus sebanyak dua kali pada malam harinya, seperti diumumkan oleh akun twitter resmi BPPTKG.
Letusan pertama di Jumat malam tercatat terjadi pukul 20.24 WIB. Gunung Merapi tercatat meletus dengan durasi 1,5 menit dan amplitudo maksimum 64 mm. Erupsi itu memicu kolom letusan 2.500 meter yang mengarah ke timur laut.
Tak lama kemudian, sekitar pukul 21.00 WIB, Gunung Merapi meletus untuk kedua kalinya pada Jumat malam dengan amplitudo maksimum 29 mm dan durasi selama 56 detik. Kali ini, kolom letusan tampak tegak setinggi 1000 meter.
Editor: Yuliana Ratnasari