Menuju konten utama

Status Gunung Inielika Waspada, Warga Diminta Tak Mendekat

Status aktivitas Gunung Inielika di Kabupaten Ngada, NTT, naik menjadi level II atau waspada.

Status Gunung Inielika Waspada, Warga Diminta Tak Mendekat
Gunung Inielika di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rabu (4/10/2023). (ANTARA/HO Pos Pengamatan Gunung Api Inielika Ngada)

tirto.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan status aktivitas Gunung Inielika di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, naik menjadi level II atau waspada. Warga pun diminta untuk tidak mendekat.

"Sehubungan tingkat aktivitas Gunung Inielika berada di Level II, masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak boleh berada atau beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah puncak gunung," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Inielika, Yohanes Paulus Wisang di Kabupaten Ngada dikutip dari Antara, Kamis (5/10/2023).

Dia merinci berdasarkan rilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada 4 Oktober 2023 menyebutkan adanya peningkatan kejadian gempa vulkanik dalam di Gunung Inielika menjadi rata-rata sembilan kali per hari sejak 29 September 2023.

Selanjutnya, terekam 17 kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi maksimum 30 detik pada 1 Oktober dan 18 kali gempa vulkanik dalam pada 3 Oktober 2023.

Yohanes menyampaikan peningkatan aktivitas kegempaan menunjukkan kenaikan tekanan di bawah tubuh Gunung Inielika. Hal itu dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun erupsi freatik.

Sebab itu, dia mengimbau masyarakat mematuhi saran dari PVMBG untuk tidak melakukan aktivitas di area dalam radius satu kilometer dari puncak kawah Gunung Inielika serta lokasi-lokasi tembusan dan jalur gas solfatara.

"Kami minta masyarakat tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Inielika dan mengikuti arahan dari instansi yang berwenang," bebernya.

Sementara itu, Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan Gunung Inielika sebelumnya telah menyandang status level I atau normal sejak tahun 2001. Sepanjang tahun 2023, aktivitas vulkanik Gunung Inielika didominasi oleh gempa frekuensi rendah dan gempa vulkanik dalam yang berfluktuasi dalam tingkat yang rendah.

Kejadian gempa vulkanik tercatat hanya 0 sampai 1 kali saja per hari. Sejak 29 September sampai 4 Oktober 2023 pukul 08.00 WIT, Badan Geologi mencatat ada peningkatan gempa vulkanik dalam. Rata-rata kejadian gempa vulkanik dalam meningkat menjadi sembilan kali per hari.

Pada 1 Oktober 2023, Badan Geologi merekam ada 17 gempa vulkanik dalam dengan amplitudo maksimum 50 milimeter dan durasi maksimum 30 detik.

Pada 3 Oktober 2023, gempa vulkanik dalam kembali mengalami peningkatan menjadi 18 kejadian. Hal itu menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Inielika yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi freatik.

Hendra menuturkan ada penurunan temperatur dan konsentrasi gas karbon dioksida, sulfur dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen sulfida yang cukup signifikan pada empat mata air panas.

Fenomena itu diperkirakan akibat terbentuknya penutup hydrothermal yang disebabkan oleh aktivitas sirkulasi fluida dalam sistem hydrothermal dangkal yang melepaskan endapan mineral, sehingga menyebabkan penurunan tingkat permeabilitas dan meningkatkan tekanan di dalam tubuh Gunung Inielika.

"Potensi bahaya dari terjadinya peningkatan gempa vulkanik dalam adalah terjadinya erupsi freatik maupun terjadinya pelepasan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan dalam konsentrasi yang tinggi," kata Hendra.

Gunung Inielika yang memiliki tinggi mencapai 1.559 meter di atas permukaan laut tersebut dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) yang berada di Jalan Tanawau-Tarawali, Desa Turamuri, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Baca juga artikel terkait GUNUNG INIELIKA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin