tirto.id -
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai hal tersebut yang terjadi bukan disebabkan karena penurunan daya beli, melainkan karena menurunnya biaya lain seperti ongkos produksi.
Dengan kata lain, deflasi berasal biaya pembuatan barang dan jasa yang turun sehingga konsumen membayar relatif lebih sediikit.
"Deflasi ya harga turun koreksi dari [periode] sebelumnya atau ongkos produksi menurun," ucap Sri Mulyani kepada wartawan di Dhanapala, Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Dengan adanya deflasi 0,27 persen sepanjang September, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi Indonesia secara year on year berada di kisaran 3,39 persen.
Menurut Sri Mulyani, capain inflasi masih dalam batas aman karena berada dalam rentang target inflasi pemerintah di kisaran plus minus 3,5 persen.
"Saya rasa untuk indonesia masih di dalam target inflasi tahunan," imbuh mantan direktur pelaksana bank dunia tersebut.
Selasa (1/10/2019) lalu, berdasarkan hasil pemantauan di 82 kota di seluruh Indonesia, BPS mencatat bahwa 70 kota mengalami deflasi, sementara 12 kota mengalami inflasi
Penyebab utamanya, kata Kepala BPS Suharyanto, didorong oleh anjloknya harga bahan pangan yang memiliki andil terhadap deflasi sebesar 1,97 persen.
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga di antaranya adalah bawang merah dengan andil sebesar 0,07 persen. Kemudian, daging ayam ras dengan andil terhadap deflasi 0,05 persen; cabai rawit dengan andil 0,03 persen; serta telur ayam ras dengan andil 0,02 persen.
Lalu ada juga deflasi dari penurunan harga tiket pesawat. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan penurunan harga tiket memberi andil deflasi 0,01 persen saat kelompok pengeluarannya.
"Adanya penurunan harga tiket pesawat pada waktu-waktu tertentu menyebabkan harga tiket turun di 19 Kota IHK dan memberikan andil kepada deflasi 0,01 persen," ucap Suhariyanto di kantornya.
Selebihnya kelompok pengeluaran makanan dan minuman jadi serta tembakau, komoditas yang dominan menyumbang inflasi adalah mie. Kelompok pengeluaran perumahan mengalami inflasi tipis sebesar 0,09 persen dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,2 persen.
Sementara itu, inflasi terbesar terjadi pada kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,72 persen, dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen.
Lalu ada juga kelompok kesehatan yang mengalami inflasi 0,32 persen memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,01 persen.
Sementara pendidikan, rekreasi dan olahraga inflasinya adalah 0,47 persen dengan sumbangan terhadap inflasi 0,04 persen. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi dalam kelompok ini adalah kenaikan uang kuliah Untuk perguruan tinggi dengan andil sebesar 0,02 persen.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana