tirto.id - Realisasi sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016 hingga akhir tahun kemarin mengalami defisit Rp307,7 triliun. Angka tersebut setara dengan 2,46 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.
Defisit itu telah melampaui target defisit yang dicanangkan oleh pemerintah, yakni Rp296,7 triliun atau 2,35 persen dari PDB saja.
Meskipun demikian, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menilai kondisi ini belum mengkhawatirkan. "Defisit APBN ini masih dapat dijaga pada batas aman," kata Sri dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (3/1/2017) sebagaimana dilansir Antara.
Sri memaparkan defisit anggaran itu terjadi karena realisasi pendapatan negara hingga akhir tahun 2016 baru mencapai 86,9 persen dari target atau senilai Rp1.551,7 triliun. Sementara realisasi belanja negara mencapai hasil lebih tinggi, yakni 89,3 persen dari target, yakni Rp1.859,4 triliun.
Apabila dibandingkan dengan kondisi di awal 2016 lalu, pendapat Sri mengenai defisit di atas ada benarnya. Secara nominal, defisit tahun ini memang lebih parah dibanding dari catatan pada awal 2016. Akan tetapi, prosentase defisit APBN Perubahan terhadap PDB Indonesia saat ini menunjukkan tren penurunan dibanding periode anggaran sebelumnya.
Berdasarkan rilis di laman resmi Kementerian Keuangan, pada (22/1/2016) lalu, defisit APBN Perubahan 2015 saat itu mencapai Rp292,1 triliun. Nilai Defisit itu sebanding dengan 2,56 persen PDB Indonesia.
Sementara prosentase nilai defisit APBN Perubahan 2014 dibanding PDB Indonesia pada akhir 2015 jauh lebih besar, yakni 2,8 persen. Artinya, dalam tiga tahun belakangan, prosentase defisit APBN terhadap PDB Nasional di setiap penghujung tahun terus menurun.
Salah satu perbedaan mencolok dari kinerja APBN sampai akhir 2016 dengan periode sebelumnya terlihat dari faktor pengerem defisit anggaran. Rilis di laman Kemenkeu pada (22/1/2016) lalu menyebutkan bahwa salah satu faktor pendukung pencapaian defisit yang lebih rendah dari tahun sebelumnya ditopang oleh penghematan.
Misalnya, ada realisasi belanja pegawai yang lebih rendah Rp6,6 triliun dibanding target. Selain itu, realisasi subsidi non-energi, terutama untuk pupuk, saat itu bisa lebih rendah Rp1,8 triliun dari target. Contoh lain, belanja hibah juga tak terealisasi Rp1,3 triliun. Belanja untuk beragam hal lainnya saat itu juga tidak terealisasi Rp4,1 triliun.
Sementara di tahun 2016, APBN diuntungkan oleh besarnya pendapatan pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Realisasi pendapatan pajak hingga akhir 2016, sebagaimana diumumkan oleh Sri hari ini, telah mencapai Rp1.283,5 triliun atau 83,4 persen dari target. Adapun pendapatan dari PNBP malah terealisasi 107 persen dari target, yakni Rp262,3 triliun.
Pencapaian program amnesti pajak ternyata memberikan dampak positif. Program ini, menurut Sri, bisa mengantisipasi efek penurunan penerimaan bea dan cukai akibat merosotnya produksi rokok.
“Penerimaan pajak tumbuh 4,2 persen selama 2016. (Tapi) bila tidak termasuk amnesti pajak sebesar Rp107 triliun, pertumbuhan pajak non-migas negatif 4,9 persen, karena masih lemahnya perekonomian dan harga komoditas, pemberian insentif perpajakan melalui perubahan PTKP dan reformasi perpajakan," ujar Sri Mulyani.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom