Menuju konten utama

Sri Mulyani Perhatikan Suara Kelas Menengah Melalui Media Sosial

Menurut Sri Mulyani, media sosial banyak digunakan oleh kalangan kelas menengah menyampaikan kekhawatirannya.

Sri Mulyani Perhatikan Suara Kelas Menengah Melalui Media Sosial
Menteri Keuangan Sri Mulyani. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan era digital sudah mengubah pendekatan pemerintah dalam menyusun kebijakan. Salah satunya mendengar pendapat dari kalangan kelas menengah yang sering menyampaikan gagasannya melalui media sosial (medsos).

Sri mengaku memiliki media sosial seperti Instagram. Untuk itu, ia menyatakan bahwa gagasan-gagasan yang muncul dari pengguna medsos itu perlu ditelaah meskipun bersifat informal.

"Medsos faktor penting yang kami tanggapi. Dalam 24 jam, puluhan info dari kelas menengah. Ini menimbulkan tekanan bagi kami sebagai pembuat kebijakan, tapi semakin kita tahu pandangan mereka itu baik untuk membantu dalam memformulasi kebijakan," ujar Sri dalam acara World Bank di Jakarta pada Senin (4/12/2017).

Kemudian, ia menyebutkan media sosial banyak digunakan oleh kalangan kelas menengah menyampaikan kekhawatirannya. Kekhawatiran mereka adalah terkait korupsi, efisiensi dalam alokasi anggaran negara, seperti pendidikan dan sosial.

"Maka kita harus fokus dengan kebijakan untuk memperkuat, membangun lebih banyak kelas menengah agar mereka paham hak mereka dan mereka membayar kewajiban mereka. Ketika dianggap kelas menengah sudah pasti mereka memiliki pendidikan baik dan menuju pendidikan lanjutan. Ini terus kita gaungkan," ucapnya.

Ia melanjutkan bahwa setiap negara maju memiliki hubungan komunikasi dua arah antara pihak pemerintahan dengan masyarakatnya. Hubungan satu arah disebutkannya tidak pernah sukses dalam menciptakan kemajuan suatu negara.

Di sisi lain, ia menilai teknologi dan informasi juga bisa menjadi momok penggeser lowongan kerja. Sehingga, TI tidak lepas dari perhatian khusus untuk tetap dapat memberikan kontribusi positif.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo masih mempertanyakan arah untuk memperkuat kontribusi kalangan kelas menengah yang akan menjadi motor ekonomi. Lantaran, tingkat kualitas pendidikan masih rendah.

"SMP 37 persen labor force. Apa yang kita harapkan dengan tingkat pendidikan seperti itu. Apa yang mereka keluarkan? Mungkin mereka yang rajin komunikasi untuk internet," ucapnya.

World Bank menyatakan saat ini jumlah kelas menengah di Indonesia ada 52 juta jiwa dan 115 juta jiwa yang berpotensi menjadi kelas menengah, dari total pendudukan sekitar 250 juta.

"Diharapkan middle class ini memiliki keleluasaan untuk kritis yang akan tumbuh. Kelompok kritis dari kelas menengah ini arahnya kemana. Bisakah dihimpun jadi jejaring dengan perubahan yang positif," ungkap Imam.

Baca juga artikel terkait KELAS MENENGAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto