tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah akan bekerja keras menjaga nilai tukar rupiah dalam koridor yang wajar meski terimbas ketidakpastian akibat pandemi Corona atau COVID-19. Ia menyatakan pemerintah telah melakukan kajian terkait skenario terburuk dengan melihat ke depan atau forward looking.
Dalam data yang dimiliki Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), mereka mengantisipasi agar pelemahan nilai tukar tidak melonjak sampai level Rp17.500 per dolar AS sebagai salah satu skenario “berat”.
Di sisi lain KSSK juga menyiapkan antisipasi untuk mencegah skenario “lebih berat” agar nilai tukar tidak sampai melonjak di angka Rp20.000 per dolar AS.
“Tabel asumsi makro forward look skenario yang kita lakukan. Untuk kita cegah tidak terjadi,” ucap Sri Mulyani dalam siaran live di akun Youtube Kemenkeu RI, Rabu (1/4/2020).
Sri Mulyani mengatakan berbagai langkah pencegahan ini disiapkan agar menekan kemungkinan adanya spekulasi. Ia menilai di tengah kondisi seperti ini pemerintah akan menjaga agar pergerakan yang ada tidak menimbulkan aspek psikologis dalam pasar keuangan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan lembaganya berkomitmen mengantisipasi dampak COVID-19 pada Indonesia terutama rupiah. Ia bilang BI bersama lembaga lainnya akan berupaya agar skenario terburuk itu tidak terjadi.
“Kalau tadi disampaikan kurs Rp17.500 per dolar AS atau (skenario) sangat berat Rp20 ribu per dolar AS itu adalah akan kami antisipasi supaya tidak terjadi,” ucap Perry dalam siaran live di akun Youtube Kemenkeu RI, Rabu (1/4/2020).
Sampai saat ini Perry menegaskan kalau rupiah masih cukup memadai. Ia bilang BI sejak kemarin telah melakukan upaya intervensi di pasar SPOT, DNDF, maupun pembelian SBN guna menjaga stabilitas nilai tukar.
Di sisi lain cadangan devisa BI per 29 Februari 2020 kemarin juga berada di kisaran 130,444 juta dolar AS.
“Kami terus berkomitmen menjaga stabilitas nilai rupiah,” ucap Perry.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz