Menuju konten utama

SPS Yogya Gelar Dialog, Kembalikan Yogya Berhati Nyaman

Studio Pertunjukan Sastra (SPS) Yogyakarta kembali gelar dialog sastra dengan tema "Yogya Berhati Tawa" untuk mengembalikan slogan 'Yogya Berhati Nyaman.'

SPS Yogya Gelar Dialog, Kembalikan Yogya Berhati Nyaman
Joko Pinurbo. [Foto/zulfisaeful.com]

tirto.id - Studio Pertunjukan Sastra (SPS) Yogyakarta kembali gelar dialog sastra dengan tema "Yogya Berhati Tawa" yang akan diselenggarakan pada Sabtu 28 Januari 2017, pukul 20.00 WIB di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta. Acara ini bertujuan untuk mengembalikan slogan 'Yogya Berhati Nyaman.'

Menurut koordinator acara Latief S. Nugraha, acara ini diselenggarakan guna membahas situasi Indonesia yang di waktu-waktu belakangan ini panas dan tegang. Berita di media massa terutama elektronik, khususnya online yang tersebar di media sosial berisi isu SARA dan 'hoax' yang melemahkan rasa persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara.

"Tayangan hiburan di telivisi tidak memuat pendidikan yang membuat pemirsanya berpikir cerdas. Lelucon hadir untuk mempermalukan dan dipermalukan. Agaknya hanya sastra yang dapat meredakan hal tersebut. Namun, terkadang sastra hadir dengan muatan yang berat sehingga beban di dalamnya sulit diangkat ke permukaan. Meskipun demikian, ternyata ada karya sastra dengan muatan yang sesungguhnya berat, namun hadir dengan bahasa yang ringan, bahkan jenaka," kata Latief S. Nugraha, di Yogyakarta, Selasa, (24/1/2017) seperti dikutip dari Antara.

Ia mengatakan, karya sastra Indonesia di masa awal berkembang dari cerita-cerita lisan bernada humor yang kemudian dituliskan. Puisi-puisi Mustofa W. Hasyim, Joko Pinurbo, dan Andy Sri Wahyudi memiliki kandungan tawa itu. Oleh karenanya bincang sastra ini akan mempertemukan tiga penyair 'humoris' dari tiga generasi tersebut.

"Memang tidak bisa dikatakan sepenuhnya bahwa puisi ketiganya merupakan puisi humor. Hanya Mustofa W. Hasyim yang menuliskan hal tersebut dalam kumpulan puisinya Ki Ageng Miskin: Puisi-puisi Humor dan Setengah Humor (Pustaka Pelajar, 2007) serta Legenda Asal-usul Ketawa: Kumpulan Puisi Humor (Interlude, 2016)," katanya.

Sementara puisi-puisi Joko Pinurbo, misalnya, dalam Celana (Indonesia Tera, 1999) dan Di Bawah Kibaran Sarung (Indonesia Tera, 2001) sekilas membuat pembaca tergelitik oleh nada humor pada beberapa puisi di dalamnya.

"Meskipun ada yang berpandangan bahwa hal itu merupakan pasemon bahwa sesungguhnya puisi-puisi karya penyair yang akrab disapa Jokpin ini mengungkap sesuatu yang lain, yang sangat serius, bahkan yang religius," katanya.

Sementara, Andy S.W., puisi-puisinya hadir dengan nada lucu yang lugu dan childish. Penyair yang juga dikenal sebagai pantomimer ini telah menerbitkan tiga antologi puisi dengan judul yang seperti Ibliz Imut dan Uh, Kamu Nyebelin (Garudhawaca, 2012), Ibu, Aku Minta Dibelikan Mushola (Garudhawaca, 2012), dan Energi Bangun Pagi Bahagia (Garudhawaca, 2016).

"Menggunakan gaya kekinian Andy S.W. pun menghadirkan puisi dengan bahasa yang manis dan penuh rasa sayang. Karya-karya yang demikian agaknya yang diperlukan Indonesia, juga Yogyakarta. "Yogya Berhati Tawa" mengungkapkan kegelisahan yang juga dihadapi Yogyakarta.," katanya.

"Semoga acara ini dapat hadir sebagai hiburan yang bukan sekadar hiburan. Acara ini menurut Studio Pertunjukan Sastra (SPS) bahkan sangat serius. Mengembalikan slogan 'Yogya Berhati Nyaman' melalui 'Yogya Berhati Tawa' dalam sebuah acara sastra," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait SASTRAWAN atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Humaniora
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh