Menuju konten utama

Sosok AM Fatwa di Mata Anggota Parlemen Sejawatnya

Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang mengaku kehilangan dengan kepergian AM Fatwa sebagai sosok yang menurutnya petarung saat semasa hidup.

Sosok AM Fatwa di Mata Anggota Parlemen Sejawatnya
Ketua Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Daerah (BK DPD) AM Fatwa (tengah) di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (19/9). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id -

Anggota DPD RI AM Fatwa meninggal dunia pukul 06.00 pagi ini di RS MMC Jakarta Selatan. Hal ink menghadirkan duka bagi anggota parlemen lainnya saat melepas kepergiannya dengan salat jenazah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/2017) pukul 10.45 tadi.

Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang mengaku kehilangan dengan kepergiannya sebagai sosok yang menurutnya petarung saat semasa hidup.

"Pak AM Fatwa adalah seorang tokoh yang benar-benar tulus dan ikhlas dan pemberani. Dia adalah seorang petarung," kata Oesman.

Keberanian ini, kata Oesman, tercermin dalam keteguhannya mengambil keputusan-keputusan di parlemen. "Dia tidak pernah goyah dengan keyakinannya," kata Oesman.

Ketua Umum Hanura ini mengaku posisinya hari ini sebagai ketua DPD tak lepas dari peran AM Fatwa sebagai pemimpin sidang Paripurna DPD. "Yang memutuskan sehingga saya menjadi K DPD adalah almarhum Pak AM Fatwa. Dia mimpin sidang," kata Oesman.

Selain semasa di Parlemen, Oesman menyebut AM Fatwa sebagai sosok yang berperan penting dalam perjuangan politik Indonesia melawan rezim Orde Baru. AM Fatwa merupakan salah satu pendobrak terjadinya reformasi 1998.

"Beliau adalah penggerak reformasi dan dapat cobaan yang berat. Kalau dengar cerita lebih berat lagi. Disiksa dan semacamnya di zamannya," kata Oesman.

Oesman mengaku terakhir kali berkomunikasi dengan AM Fatwa semalam setelah yang bersangkutan pulang berobat. "Dia datang dengan dokternya ingin berpamitan dengan saya. Yang mengatakan bahwa saya menitipkan keluarga saya," kata Oesman.

Duka atas meninggalnya AM Fatwa juga dirasakan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Ia mengaku kehilangan seorang mentor dalam berorganisasi dan politik. Bersama almarhum, Fahri mengaku memiliki banyak kejadian yang dilalui bersama.

Salah satunya adalah saat momen reformasi 1998. Pada 20 Mei 1998 malam, Fahri bercerita, bersama AM Fatwa dan Amien Rais dirinya berangkat dari rumah Prof Malik Fadjar di kawasan Menteng untuk meninjau kawasan Monas yang kabarnya sudah dikepung tentara.

"Kami bertiga dengan Pak Amien Rais naik mobil Pak Fatwa, Kijang berwarna merah hati. Setelah melihat Monas yang dipenuhi alat persenjataan berat kami kembali ke Menteng dan memutuskan untuk membatalkan aksi damai keesokan harinya yang ternyata malah Pak Harto mengundurkan diri 21 Mei 1998," kata Fahri.

Kesan lain yang didapat Fahri adalah saat bersama-sama menjadi anggota parlemen. Menurutnya, AM Fatwa merupakan sosok yang teguh memperjuangkan Islam di parlemen.

"Menurut saya dia itu seperti sisa akhir dari peninggalan politik islam dari masa lalu," kata Fahri.

Beberapa kali, Fahri pun mengaku pernah diingatkan oleh AM Fatwa agar lebih tulus memperjuangkan Islam di parlemen dan tidak terjebak dalam intrik-intrik yang ada. Bahkan, menurutnya, AM Fatwa sangat memperhatikan masa depan karier politiknya setelah dipecat PKS.

"Karena itulah kepergian dia ini membuat kita kehilangan orang yang pernah sangat terdepan di pentas politik di negeri ini, mudah-mudahan kita banyak mengambil banyak contoh dari Pak Fatwa," kata Fahri.

Rencananya, jenazah AM Fatwa akan dikebumikan di TMP Kalibata sore nanti setelah terlebih dahulu disemayamkan di rumah duka Jalan Palem Komplek Bappenas, Pejaten, Jakarta Selatan.

"Selamat Jalan Pak AM Fatwa. Kami akan segera menyusulmu," pungkas Fahri.

Baca juga artikel terkait AM FATWA MENINGGAL DUNIA atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Humaniora
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Maya Saputri