tirto.id - Pada Rabu (31/5/2017) pagi ini, situs resmi Dewan Pers yang beralamat di www.dewanpers.or.id diretas atau lebih tepatnya di-deface oleh peretas. Dalam aksi peretasan kali ini, si peretas meninggalkan pesan di halaman muka situs resmi Dewan Pers tersebut. Pesan tersebut berbunyi:
"Ketika Garuda terluka karena provokasi makhluk durjana. Ketika semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" kembali terabaikan karena aksi oknum yang mengatasnamakan agama. Ketika ayat-ayat suci jadi bahan perdebatan oleh orang-orang yang merasa memiliki surga. Ketika perjuangan pahlawan kemerdekaan sudah dilupakan begitu saja oleh mereka yang merasa paling berjasa. Tolong hentikan perpecahan ini, Tuan. Negaraku, bukan negara satu agama atau milik kelompok perusak adat budaya, juga bukan milik satu golongan. #DamailahIndonesiaku #JayalahBangsaku #KitaIndonesia."
Diduga, pesan yang ditinggalkan tersebut berhubungan dengan meningkatnya sentimen tentang Pancasila yang kini memang sedang menghangat.
Tidak diketahui, siapa sebenarnya peretas yang melakukan aksi deface tersebut. Dalam aksi yang dilakukan pada situs web Dewan Pers, peretas hanya meninggalkan tanda M2402 sebagai penutup pesan. Diduga, M2402 merupakan panggilan atau inisial tertentu si peretas.
Aksi deface, dalam beberapa bulan terakhir, cukup banyak terjadi di Indonesia. Aksi deface yang cukup heboh, terjadi pada situsweb Telkomsel yang kala itu peretas mencurahkan isi hatinya karena tarif internet yang mahal. Selain Telkomsel, ada pula situsweb Tempo hingga yang terakhir dialami oleh situsweb STF Driyarkara.
Pada Minggu (28/5/2017) situs resmi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di-deface oleh seorang peretas. Saat dikunjungi, situs resmi kampus tersebut menampilkan sebuah grafis dan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa, lengkap dengan latar belakang lagu dari penyanyi religi Opick.
Hingga berita ini diturunkan, upaya penanggulangan oleh STFD masih dilakukan. "Belum bisa (diatasi)," kata Romo Simon Petrus Lily Tjahjadi selaku Rektor STFD saat dihubungi Tirto.
Deface, lebih sering diidentikkan dengan aksi Hactivism, sebuah aksi yang menggabungkan semangat aktivis dan peretas. Dalam aksi Hactivism, peretas umumnya hanya berniat untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampainya. Kerusakan teknis yang serius, jarang menimpa situsweb yang terkena aksi deface.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Yuliana Ratnasari