Menuju konten utama
Kerusuhan Wamena

Situasi Wamena Terkini: 5.500 Pengungsi Butuh Bantuan Logistik

Sekitar 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena di markas Kodim 1702 Jayawijaya membutuhkan bantuan logistik.

Situasi Wamena Terkini: 5.500 Pengungsi Butuh Bantuan Logistik
Seorang wanita hamil yang merupakan pengungsi dari Wamena, kabupaten Jayawijaya dibantu duduk di kursi roda usai turrun dari pesawat hercules milik TNI AU di base Ops Lanud Silas Papare, Papua Jumat (27/9/2019). Antara News Papua/ Alfian Rumagit.

tirto.id - Sekitar 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena di markas Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya membutuhkan bantuan pakaian, makanan, dan barang-barang keperluan anak dan perempuan.

Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto di Jayapura, Sabtu (28/9/2019), mengatakan bahwa warga yang mengungsi di markas Kodim umumnya hanya membawa baju di badan saat berusaha menghindari dampak kerusuhan di Wamena, sebagaimana diberitakan Antara.

Sementara bantuan pangan pokok dari pemerintah untuk pengungsi korban kerusuhan Wamena, menurut dia, saat ini baru difokuskan ke satu posko pengungsian.

"Kami minta informasi ini disebarkan seluas-luasnya agar banyak pihak yang tergerak untuk membantu para korban yang kini tengah mengungsi," katanya melalui telepon seluler, dikutip dari Antara.

"Bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua hanya tersalur ke posko pengungsian Gedung Okumarek yang dibuka oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya," ia menambahkan.

Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, menurut dia, sampai sekarang hanya mengandalkan bantuan logistik yang masih tersedia di markas.

"Pengungsi tidak mau ke Okumarek. Warga maunya di Kodim, sementara dapur lapangan Pemda ada di Okumarek," katanya.

Selain makanan dan pakaian, ia menambahkah, pengungsi membutuhkan susu untuk balita, popok bayi, dan pembalut untuk perempuan.

Kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya telah mengakibatkan 26 korban tewas dan 66 korban luka-luka yang masih dirawat di rumah sakit.

Kericuhan terjadi saat pembubaran demonstrasi pelajar dan warga di Wamena oleh aparat gabungan TNI-Polri.

"Hingga pukul 12.00 WIB hari ini, ada 26 orang tewas, yaitu 22 masyarakat pendatang tewas karena luka bacok, akibat rumah atau rukonya dibakar, ada yang dibacok, dipanah. Sedangkan 4 orang asli Papua tewas, 66 orang luka," kata Tito di kantor Kemenko Polhukam, Selasa (24/9/2019).

Tito mengatakan pendatang yang menjadi korban kericuhan berprofesi sebagai tukang ojek dan pekerja ruko atau restoran. Sebanyak 66 korban luka dirujuk ke beberapa rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai. "Ada rumah sakit yang representatif di Jayapura, termasuk rumah sakit di KRI Soeharso yang ada di situ," ujar Tito.

Jenderal bintang empat itu mengklaim situasi di Wamena saat ini sudah terkendali. Namun ia mengerahkan tambahan pasukan guna mengantisipasi potensi ancaman kemananan.

"Kami tambah pasukan lagi, tidak perlu sebut berapa. Kami perkuat karena pendatang banyak yang mengungsi. Kami pertebal keamanan," sambung Tito.

Selain penambahan pasukan, pemerintah juga memblokir internet di Wamena sejak kemarin. Masyarakat di Wamena hanya bisa menggunakan layanan telepon dan pesan teks (SMS).

Pemblokiran internet diketahui berdasar keterangan pers Kemenkomindo Nomor 187/HM/KOMINFO/09/2019 pada Senin (23/9/2019) pukul 19.00 WIB tentang Pembatasan Layanan Data di Wamena.

Amuk saat demonstrasi beberapa waktu lalu menyasar ke beberapa gedung pemerintahan. Kantor bupati Jayawijaya dibakar. Kantor PLN Rayon Wamena juga dibakar. Seluruh jadwal penerbangan di Bandara Wamena sempat dibatalkan.

Penyebab demonstrasi ini, berdasarkan versi polisi, disebabkan desas-desus yang beredar pada pekan lalu. Hal itu dijelaskan oleh Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf A Rodja.

"Ada isu bahwa, ada seorang guru mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas melakukan aksi demonstrasi atau unjuk rasa pagi tadi," kata Rodja. Rodja mengatakan polisi sudah mendalami kasus tersebut. Ia lantas mengklaim bahwa isu itu adalah hoaks. "Guru tersebut sudah kami tanyakan dan dia katakan tidak pernah keluarkan kata-kata atau kalimat rasis. Itu sudah kami pastikan," tuturnya.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Maya Saputri
Editor: Rio Apinino