tirto.id - Sinopsis film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang tayang di bioskop Indonesia, mulai dari CGV sampai dengan cinema 21 atau XXI mulai hari ini, Kamis 2 Desember 2021 akan bercerita tentang kisah Ajo Kawir dan Iteung.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas atau Vengeance Is Mine, All Others Pay adalah garapan sutradara Edwin, yang diadaptasi dari buku novel karya Eka Kurniawan.
Film ini dibintangi oleh Marthino Lio sebagai Ajo Kawir dan Ladya Cherryl sebagai Iteung. Selain itu, Reza Rahadian, Ratu Felisha, dan Sal Priadi juga turut berperan dalam film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
Sinopsis Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Film ini mengisahkan tentang tinju berdarah, patah hati, dan duel pengemudi truk Jakarta.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menceritakan Ajo Kawir (yang diperankan Marthino Lio), seorang jagoan yang gemar berkelahi, dan perempuan yang ia cintai, Iteung (diperankan Ladya Cheryll).
Hasratnya yang besar untuk berkelahi dan tak takut mati didorong sebuah rahasia yang dipendam sejak remaja.
Ketika berhadapan dengan seorang petarung perempuan tangguh bernama Iteung, Ajo babak belur hingga jungkir balik, dan dia jatuh cinta. Kisah Ajo dan Iteung berawal dengan manis dan berlanjut ke arah yang lebih jauh.
Namun, manis di awal kisah cinta mereka ternyata tak bertahan lama dalam kehidupan rumah tangga. Hubungan mereka mulai terganggu ketika Budi Baik (Reza Rahadian) hadir di tengah-tengah mereka. Akankah Ajo menjalani kehidupan yang bahagia bersama Iteung dan, pada akhirnya, berdamai dengan dirinya?
Pada Agustus 2021, film ini berhasil mendapatkan penghargaan Golden Leopard, hadiah utama dalam sesi kompetisi internasional dalam Festival Film Internasional Locarno.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas tayang di Toronto International Film Festival (TIFF) untuk kategori Contemporary World Cinema.
Film ini bukan kolaborasi Cheryl dan Edwin yang pertama, sebelumnya mereka bekerja sama dalam beberapa film seperti Kara,Anak Sebatang Pohon (2005), Babi Buta yang Ingin Terbang (2008), Trip to the Wound (2008), Hulahoop Soundings (2009), Kebun Binatang (2012) dan Postcards from the Zoo (2012).
Sementara Edwin juga merupakan sutradara Aruna & Lidahnya (2018), Posesif (2017), Belkibolang (2010), 9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia (2008), A Very Boring Conversation (2006), Dajang Soembi, Perempoean jang Dikawini Andjing (2004), dan A Very Slow Breakfast (2002).
Melalui film Babi Buta Yang Ingin Terbang, pada tahun 2009 Edwin mendapat penghargaan Best Director di Jakarta International Film Festival, Indonesia, Best Feature Film (Young Audience Award) dan Best Feature Film (Silver Montgolfiere) di Festival des 3 Continents, Nantes, Prancis, serta Best Asian Feature Film (Special Mention) di Singapore International Film Festival, Singapura.
Edwin juga menjadi Sutradara Terbaik dalam Asian Film Awards, Hong Kong 2012 melalui film Kebun Binatang. Sementara film Posesif membawanya menjadi Sutradara Terbaik dalam ajang FFI dan Festival Film Tempo (FFT) 2017. Pada tahun 2018, dia kembali menjadi Sutradara Terbaik dalam ajang FFI dan FFT melalui film Aruna & Lidahnya.
Editor: Yantina Debora