Menuju konten utama

Sinopsis Film Raise the Red Lantern: Kisah Tragis Keluarga Poligami

Sinopsis Raise the Red Lantern: kisah intrik di antara para selir yang berujung pada tragedi kematian.

Sinopsis Film Raise the Red Lantern: Kisah Tragis Keluarga Poligami
Ilustrasi Bioskop. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Raise the Red Lantern (1991) merupakan salah satu film terbaik garapan Zhang Yimou, sutradara dari Tiongkok. Diadaptasi dari novel Wives and Concubines karya Su Tong, Raise the Red Lantern melanjutkan kesuksesan film ketiga Zhang Yimou, yakni Ju Dou (1990).

Sebagaimana diraih Ju Dou setahun sebelumnya, Raise the Red Lantern masuk nominasi Oscar di tahun 1991 dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Raise the Red Lantern pun masuk dalam daftar belasan film karya Zhang Yimou yang panen penghargaan.

Raise the Red Lantern tercatat berhasil menyabet 24 penghargaan dan 15 nominasi. Ia menempati urutan ke-28 dalam jajaran 100 Film Terbaik Dunia versi artikel Empire.

Mengambil latar Tiongkok era 1920-an, Raise the Red Lantern menceritakan drama kehidupan dari seorang perempuan muda yang terpaksa menjadi selir pria kaya raya. Film ini menyodorkan kritik feminis terhadap nilai-nilai tradisi yang menindas perempuan.

Raise the Red Lantern pun menjadi salah satu film yang menegaskan kelihaian Zhang Yimou dalam menyuguhkan kekayaan warna di dunia sinema. Gambaran arsitektur dan referensi budaya feodal di Tiongkok juga muncul dalam film yang dibintangi Gong Li tersebut.

Sinopsis Film Raise the Red Lantern

Songlian sebenarnya remaja perempuan yang terpelajar. Namun, akibat kondisi ekonomi keluarga yang sedang terpuruk sepeninggal sang ayah, ibu tirinya menjodohkan Songlian dengan seorang pria kaya yang telah berusia paruh baya.

Dengan terpaksa, Songlian harus memenuhi keinginan ibunya, dan berangkat menuju 'istana' sang suami. Sesampainya di sana, ia mendapatkan sebuah pijatan kaki, serta dekorasi ruangan lampion merah.

Namun, sambutan mewah tersebut hanya terjadi ketika Sang Tuan mendatangi dan memilih salah satu dari empat selirnya. Didasari kecemburuan dan kompetisi untuk mendapat perlakuan mewah dari pelayan istana, para selir berusaha untuk menyingkirkan satu sama lain. Kehidupan keluarga yang penuh intrik seperti itulah yang menjadi masa depan Songlian setelah menikah.

Songlian kemudian mengenal selir pertama, Yuru yang sudah menerima kenyataan bahwa dia tidak akan menjadi pilihan ketika Sang Tuan datang berkunjung. Dia juga mengetahui selir kedua, yakni Zhouyun, mendapatkan julukan perempuan "berwajah buddha, tapi berhati kalajengking."

Sementara selir ketiga ialah Meishan, seorang eks penyanyi opera. Songlian awalnya tak menyukai Meishan. Namun, seiring waktu, Meishan mulai terbuka dan dekat dengan Songlian.

Songlian juga memiliki pelayan pribadi bernama Yan’er, yang ternyata bercita-cita menjadi salah satu selir Sang Tuan. Pada akhirnya, Songlian kemudian mengetahui bahwa Yan’er terlibat dalam hubungan gelap dengan suaminya. Yan’er bahkan membocorkan rahasia rencana penipuan yang akan dilakukan Songlian terhadap Sang Tuan.

Suatu hari, Songlian membuat seisi istana gaduh dengan temuan bahwa Yan’er menyimpan lentera merah di kamarnya. Sesuai dengan tradisi di Tiongkok kala itu, Yan’er harus berlutut di halaman istana hingga ia meminta maaf kepada Songlian. Namun, Yan’er menolak meminta maaf dan jatuh ke tanah saat malam musim dingin.

Songlian kemudian tahu bahwa Yan’er meninggal di rumah sakit sambil menyebut namanya pada saat-saat terakhir. Terpukul dengan kabar itu, Songlian minum anggur hingga mabuk di saat ulang tahunnya yang ke-20. Dalam keadaan mabuknya, Songlian bercerita kepada Zhouyun bahwa sang selir ketiga, Meishan, sedang menjalin hubungan asmara dengan dokter Gao.

Zhouyun lantas berhasil menangkap basah perselingkuhan itu dan melaporkannya kepada Sang Tuan. Akibatnya, Meishan dihukum gantung oleh pegawai istana di sebuah ruang angker. Songlian yang masuk ke ruangan tersebut berteriak histeris saat melihat Meishan telah mati digantung.

Ketika Sang Tuan menikahi kembali seorang selir baru, Songlian mondar-mandir di istana dengan baju sekolahnya. Menyadari ketidakberdayaannya, dan menjadi penyebab kematian orang-orang di sekitarnya, Songlian jatuh dalam sebuah kegilaan.

Baca juga artikel terkait SINOPSIS FILM atau tulisan lainnya dari Stanislaus Axel Paskalis

tirto.id - Film
Kontributor: Stanislaus Axel Paskalis
Penulis: Stanislaus Axel Paskalis
Editor: Addi M Idhom