Menuju konten utama

Sinopsis Mudik di Mola TV: Memahami Makna "Pulang"

Sinopsis film Mudik, tayang eksklusif di Mola TV mulai Jumat, 28 Agustus 2020.

Sinopsis Mudik di Mola TV: Memahami Makna
Film Mudik. youtube/Lifelike Pictures

tirto.id - Film Indonesia Mudik akan rilis secara eksklusif di layanan streamingMola TV pada Jumat, 28 Agustus 2020.

Film yang berada dalam arahan sutradara Adriyanto Dewo ini akan dibintangi oleh Putri Ayudya, Ibnu Jamil, Asmara Abigail, dan Yoga Pratama.

Film Mudik telah berkompetisi di 4th International Film Festival dan Awards Macao (IFFAM) pada Desember 2019 serta CinemAsia Film Festival pada Maret 2020 lalu.

Film Mudik ini juga merupakan bentuk kerja sama antara Mola TV dengan Lifelike Pictures demi menghidupkan industri film Indonesia.

Sinopsis Film Mudik

Seorang perempuan yang sedang memiliki konflik dalam rumah tangganya, Aida (Putri Ayudya) memutuskan untuk melakukan perjalanan mudik ke kampung halamannya di Yogyakarta bersama sang suami, Firman (Ibnu Jamil).

Konflik tersebut pun ia bawa hingga keputusan mudik dilakukan.

Dalam perjalanan tersebut, terjadi sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa seorang laki-laki.

Dari peristiwa kecelakaan itu justru mempertemukan pasangan suami istri ini dengan Santi (Asmara Abigail) dan juga Agus (Yoga Pratama).

Dalam proses menghadapi peristiwa tak terduga dan pertemuannya dengan Santi itulah membuat Aida dipaksa harus mengambil keputusan terberat dalam hidupnya.

Dan ini mengubah cara pandang Aida mengenai kehidupan berumah tangga.

Dalam film Mudik, penonton akan diajak menyusuri perjalanan yang dilakukan oleh Aida dan Firman saat meninggalkan Jakarta menuju kampung halamannya di Yogyakarta.

Tentu saja seperti mudik yang umumnya dilakukan banyak orang, akan banyak menyuguhkan pemandangan familiar selama perjalanan darat menggunakan mobil, mulai dari seperti apa nuansa mudik, kondisi perjalanan, dan kedua tokoh utamanya.

Kedua tokoh utama, Aida dan Firman memiliki dinamika hubungan yang cukup rumit.

Firman digambarkan sebagai sosok yang ingin segala sesuatunya bisa diselesaikan secara cepat, sementara Aida adalah tipe perempuan yang lebih suka memendam masalah dan menanganinya sendiri.

Penonton pun harus mau lebih bersabar mengulik cerita lebih dalam lagi dari kedua tokoh utama tersebut, karena terkesan dibawakan dengan lambat.

Mudik, yang menjadi salah satu tradisi masyarakat Indonesia ini, juga tersaji secara apik di film ini. Ada beberapa detail kecil yang menggambarkan suasana khas di momen tahunan ini.

Mulai dari bergantian menyetir mobil, berhenti di rest area untuk makan malam hingga ke toilet, keramaian di sepanjang tol Cikampek, dan hal-hal sepele lainnya yang agaknya menimbulkan rasa rindu bagi penonton yang mungkin tak bisa merasakan pengalaman itu di tahun ini karena pandemi.

Sementara soal konflik film Mudik, ada sejumlah masalah pula yang harus dihadapi sebuah keluarga, seperti masalah rumah tangga, hingga kecelakaan maut yang memang familiar terjadi di kehidupan nyata ketika mudik.

Seperti kisah Santi yang ditinggal meninggal oleh suaminya yang tertabrak di perjalanan pulang. Di desa ia menjalani penyelidikan polisi, hingga ada warga menjadikan bencana sebagai ladang uang dengan melakukan pemerasan.

Kehadirannya seakan menjadi warna dan ruang baru bagi kisah-kisah serupa yang mungkin suaranya tak terlalu terdengar di tengah meriahnya mudik lebaran.

Film Mudik tak sekadar menampilkan perjalanan para tokohnya dari perantauan menuju kampung halaman, namun juga mengerti lebih dalam lagi mengenai arti dan makna dari kata "pulang".

Bukan hanya pulang ke rumah dan bertemu dengan orang-orang terkasih, namun juga "pulang" dari rasa hampa, rasa bersalah, dan mengenal diri sendiri.

Filosofi "pulang" dan "memulai kembali" yang lekat di momen lebaran, tak hanya berlaku dari diri sendiri ke orang lain, namun juga untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan, penyesalan, dan pilihan yang dibuat.

Baca juga artikel terkait MUDIK atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Film
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH