tirto.id - Susi Susanti: Love All, film biografi salah satu legenda badminton Indonesia, rilis di bioskop-bioskop Indonesia hari ini, Kamis (24/10/2019).
Film ini merupakan karya kedua Sim F sebagai sutradara. Sebelumnya dia menyutradarai Sanubari Jakarta (2012). Sementara para penulis naskah Susi Susanti: Love All yaitu Syarika Bralini, Raditya, Raymond Lee, Daud Sumolang, dan Sinar Ayu Massie.
Dalam trailer-nya, video dibuka pada saat kejuaraan Badminton Thomas Uber Cup Hongkong 1998. Saat itu, salah satu wartawan mewawancarai Susi Susanti.
“Apa yang sedang terjadi di Indonesia? Apakah anda akan mencari suaka di negara ini atau negara lain? Apakah anda masih menganggap diri anda orang Indonesia?” Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari si reporter. Saat itu, Indonesia sedang dilanda kerusuhan.
Kembali beberapa waktu sebelumnya, trailer memperlihatkan proses Susi kecil yang telah menyukai olahraga badminton. Kecintaan, latihan dan ketekunan membawanya sampai pelatihan nasional. Selain dukungan keluarga yang besar, Liang Chiu Sia sebagai pelatih dan para rekannya juga memiliki andil besar.
Proses panjang dan berat yang dia lakukan kemudian membawanya pada Olimpiade Barcelona, momen yang akan terus diingat oleh bangsa Indonesia sebagai peraih medali emas cabang badminton.
Mewakili Indonesia dalam ajang Internasional, terlabih saat sedang terjadi masalah di dalam negeri, memberikan masalah tersendiri. Salah satunya dalam hal administrasi.
Namun apa pun itu, para atlet yang sedang bermain juga mempunyai “kesempatan” untuk menunjukan bahwa semua bisa menjadi pahlawan. Dengan prestasi yang sedang dia perjuangkan, bukan tidak mungkin, itu menjadi modal persatuan di Indonesia yang sangat rentan pecah. Terlebih Susi berasal dari keturunan Tionghoa yang saat itu hidup dalam ancaman.
Bukan tidak mungkin, latar belakang Susi itu pula yang membuat seorang reporter menanyakan tentang suaka. Melansir Antara, Susi membenarkan wawancaranya dengan reporter tersebut.
“Waktu itu saya diundang ke kantornya pada saat kejuaraan Thomas Cup, Uber Cup. Di saat Indonesia terjadi kerusuhan, kita sedang berjuang membela Indonesia di Hong Kong,” kata Susi Susanti.
Dalam film ini, nama Susi merupakan perubahan dari nama aslinya Susy dengan “y”. Daniel Mananta, sebagai produser mengatakan bahwa hal itu sudah mereka bicarakan sejak awal. Daniel mengatakan bahwa ada cerita di balik perubahan nama itu.
Awal mula Susi memasuki Pelatihan Bulutangkis Jaya Raya, ada dua orang yang bernama Susi. Satu Susy Susanti dan satunya Susi Lubis. Nama mereka tertukar saat itu. “Pas lagi main di situ, Susy Susanti malah dibilang Susi Lubis. Akhirnya masuk, enggak tahunya salah orang,” kata Deniel.
Susi Lubis pakai huruf “i”, sehingga sampai saat ini, nama punggung Susy Susanti menggunakan huruf “i” juga.
Reza Hidayat, yang juga merupakan produser sudah melakukan riset, termasuk di federasi bulu tangkis internasional. “Yang tercatat di federasi bulu tangkis terutama di Museum Olimpiade pakai ‘i’.” Susy Susanti pun menyutujui perubahan nama tersebut.
Laura Basuki akan memerankan Susi Susanti. Adapun pemain lain di antaranya Dion Wiyoko, Lukman Sardi, Farhan, Chew Kin Wah, Kelly Tandiono, Rafael Tan, Nathaniel Sulistyo, Jenny Zhang, Iszur Muchtar, Dayu Wijanto, Delon, dan Moira Tabina Zayn.
Sebagai pemeran utama dalam film ini, Laura Basuki sebelumnya pernah bermain di beberapa film seperti Terbang: Menembus Langit (2018), DOA (Doyok-Otoy-Ali Oncom): Cari Jodoh (2018), The Returning (2018), Love and Faith (2015), Haji Backpacker (2014), Madre (2013), republiktwitter (2012), Di Timur Matahari (2012), 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta (2010), dan Gara-gara Bola (2008).
Penulis: Sirojul Khafid
Editor: Yantina Debora