tirto.id - Sejak maju sebagai calon presiden pada 2014 silam, Joko Widodo “Jokowi” yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menggunakan simbol-simbol politik dalam strategi politiknya. Saat secara resmi mendeklarasikan pencalonannya sebagai presiden, Jokowi memilih rumah Si Pitung sebagai tempatnya. Pitung punya makna simbolik sebagai pejuang Betawi yang bertarung melawan kolonialisme.
Berikutnya setelah Jokowi secara resmi berpasangan dengan Jusuf Kalla dalam pencalonan presiden dan wakil presiden, keduanya memilih Gedung Joang sebagai tempat deklarasi. Tempat ini punya makna simbolik sebagai pusat pendidikan politik bagi pemuda-pemuda Indonesia—yang belakangan menjadi motor penggerak Proklamasi Kemerdekaan.
Usai memenangkan pemilihan presiden Jokowi langsung berpidato di atas kapal Pinisi. Ia menggunakan Pinisi sebagai simbol kemaritiman yang menjadi salah satu program prioritasnya.
Belakangan setelah menjadi presiden, Jokowi kembali menggunakan simbol politik dalam praktik kekuasaannya. Saat Mahkamah Kehormatan Dewan DPR melakukan sidang etik Setya Novanto terkait skandal “papa minta saham,” Jokowi malah mengundang para pelawak ke Istana Merdeka. Tindakan Jokowi ini punya makna simbolik sebagai satire atas politik DPR yang sama lucunya dengan para pelawak.
Jokowi kembali menggunakan simbol politik tatkala mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono melempar kritik atas proyek infrastruktur yang digeber pemerintah. Jokowi membalas kritik itu dengan mendatangi Kompleks Olahraga Hambalang.
Terbaru, Jokowi berkunjung ke Natuna setelah kapal Cina diketahui melanggar batas kedaulatan Indonesia.