Menuju konten utama

Silicon Valley yang Mulai Ditinggalkan

Silicon Valley adalah julukan yang merujuk pada sebuah kawasan di selatan Teluk San Fransisco di California Utara, Amerika Serikat.

Silicon Valley yang Mulai Ditinggalkan
Kantor Apple di Cupertino, CA, AS (9/17/2013). Getty Images/iStock Editorial

tirto.id - Apple, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, berencana membuka kantor riset dan inovasi di Indonesia, di BSD Green Office Park, Tangerang Selatan. Sinar Mas Land, sang empunya lahan mengklaim lokasi kantor Apple akan menjadi bagian konsep “Silicon Valley” ala Indonesia. Apakah Silicon Valley begitu istimewa?

Baca juga:Menanti 'Silicon Valley' Indonesia dari Pusat Riset Apple

Silicon Valley adalah julukan yang merujuk pada sebuah kawasan di selatan Teluk San Fransisco di California Utara, Amerika Serikat. Wilayah tersebut, merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan papan atas bidang teknologi seperti Google, Apple, dan Facebook. Selain perusahaan top, terdapat juga beragam startup di bidang teknologi yang memulai petualangan mereka di sana. Secara sederhana, Silicon Valley merupakan istilah yang merujuk markas bagi para perusahaan teknologi bermukim.

Saat ini, Silicon Valley versi sedang mengalami permasalahan. Ada kecenderungan para startup ramai-ramai meninggalkan "kawah suci" bagi pelaku bisns teknologi. Paling tidak terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi mengapa startup memilih hengkang dari Silicon Valley.

Pertama, kondisi bisnis di Sillicon Valley kini tak semenarik dulu. Kenyataan bahwa di zaman internet ini semua bisa dilakukan di mana saja membuat Silicon Valley tidak lagi menjadi tempat istimewa.

Selain itu, berdasarkan CNBC, secara global telah terjadi penurunan jumlah pendanaan yang diberikan pemodal ventura hingga 23 persen pada 2016. Sedangkan di Silicon Valley, persentase penurunannya malah lebih tinggi hingga 28 persen.

Faktor kedua, yakni tingkat stres yang tinggi menjangkiti para pekerja di Silicon Valley. Salvador Dauvergen, salah satu pemilik startup asal California mengungkapkan terjadi perbedaan kerja antara seseorang yang bekerja di Silicon Valley dan lokasi kerjanya kini di Bali, Indonesia. “Saya memiliki waktu kerja yang sama, tapi tingkat stres (bekerja di Bali) lebih rendah daripada di rumah saya (di California),” ungkap Dauvergen.

“Mengadakan rapat dari Oakland ke jalanan di San Fransisco (terasa) sangat (membuat) stres [...] segala sesuatu di sana (Silicon Valley) sangat kompleks dan di sini hidup sangat mudah,” ucapnya.

Infografik Silicon Valley

Terakhir, faktor yang menjadi latar belakang mengapa Silicon Valley tak menarik lagi ialah karena harga properti di kawasan tersebut telah melejit hingga mencekik para pekerja di Silicon Valley. Mengutip Vanity Fair, rata-rata harga sewa apartemen dengan dua kamar tidur di Silicon Valley dipatok $4.200 per bulan. Rata-rata itu, jauh lebih tinggi daripada lokasi manapun di AS. Bila ada yang pekerja di Silicon Valley, mereka memilih tinggal di lokasi yang cukup jauh, meski kemacetan akan menghantui.

Di 2014, pekerja Silicon Valley yang tinggal jauh dari tempat kerja mereka, harus rela kehilangan waktu sebesar 67 jam per tahun akibat kemacetan. Meningkat 13,6 persen dibandingkan 2010. Di tahun-tahun mendatang, waktu yang dihabiskan di jalanan akibat kemacetan diduga akan terus meningkat jika tidak ada pembenahan.

Baca juga:Samaun Samadikun Pejuang Mikroelektronika Indonesia

Zapier, salah satu startup di Silicon Valley, dalam laporan The Guardian, Zapier telah memulai program pemberian uang senilai $10 ribu jika pegawainya mau meninggalkan Silicon Valley. Masalah-masalah tersebut membuat Silicon Valley kini mulai ditinggalkan, terutama oleh mereka yang berniat membangun perusahaan rintisan.

Namun, Silicon Valley memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang tidak dimiliki kawasan lain. Jejak perusahaan teknologi raksasa di Silicon Valley memiliki ekosistem yang sangat baik. Infrastruktur dan ditopang oleh dunia pendidikan melalui hadirnya Standford University menjadikan Silicon Valley menjadi kawasan yang menyilaukan bagi para pekerja. Saat ini perusahaan rintisan tak harus dimulai di lokasi tertentu, kawasan strategis dengan ekosistem yang terintegrasi seperti Silicon Valley, membuat perusahaan rintisan akan dipermudah hidupnya bila dalam naungan Silicon Valley.

Keinginan seperti di Amerika Serikat (AS) menghadirkan sebuah kawasan yang berfungsi seperti "Silicon Valley"" bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah. “Harus dipahami juga, namanya Silicon Valley enggak terjadi dalam satu malam, itu kan sebenarnya culture, culture di negara pantai barat Amerika, di mana dari dulu mereka pioner, mereka itu entrepreneurship dari zaman nenek moyang udah terbentuk," kata Muhammad Neil El Himam, Direktur Fasilitas Infrastruktur TIK pada Badan Ekonomi Kreatif.

Menurutnya membangun konsep serupa di Indonesia atau menjiplak Silicon Valley butuh waktu dan tenaga yang tak ringan. Silicon Valley yang selama ini menjadi kiblat bisnis teknologi pun sedang didera bermacam masalah yang kompleks dan bisa jadi pelajaran.

Baca juga artikel terkait SILICON VALEY atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra