tirto.id - Wacana e-Sport atau game online masuk kurikulum pendidikan yang diusulkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mendapat kritik dari Doni Koesoema, praktisi pendidikan cumpenulis buku “Strategi Pendidikan Karakter: Revolusi Mental dalam Lembaga Pendidikan.”
Doni mengatakan sebagus apapun permainan game online hanya akan menjauhkan anak-anak dari interaksi sosial. Sebab, kata dia, game online hanya terfokus pada kegiatan non-fisik alias hanya olah pikir dan keterampilan tangan saja.
“Game online sebagus apapun merupakan permainan yang menjauhkan anak-anak dari dunia nyata dan interaksi sosial,” kata dosen Universitas Multimedia Nusantara ini kepada reporter Tirto, Selasa (29/1/2019).
Karena itu, Doni menyarankan agar pemerintah melalui Kemenpora lebih mengoptimalkan olahraga yang lebih mengedepankan gerak fisik. Alasannya, kata Doni, yang diperlukan anak Indonesia adalah olahraga sungguhan, bukan hanya game.
Apalagi, kata Doni, olahraga menjadi amanat revolusi mental pendidikan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter [PDF].
Dalam konteks usulan Menpora Imam Nahrawi tersebut, Doni juga menyatakan tidak semua hal harus termaktub menjadi kurikulum. Sebab, kata dia, kurikulum bukanlah panasea bagi seluruh permasalahan pendidikan bangsa.
“Mungkin bisa masuk dalam ekstrakurikuler, tapi perlu dijelaskan apa tujuan utamanya,” kata Doni mengkritik.
Dalih Imam Nahrawi Soal e-Sport
Menpora Imam Nahrawi mengatakan serius instansinya mendorong e-Sport masuk ke dalam kurikulum sekolah menengah. Karena itu, politikus PKB ini pun meminta para kepala sekolah memberi rekomendasi untuk pemasukan e-Sport ke kurikulum pendidikan siswa.
“Harus ada rekomendasi dari kepala sekolah karena ini sebuah prospek, memberi harapan masa depan, baik itu dalam konteks industri olahraga, maupun prestasi olahraga,” kata Imam di Aula Kemenpora, Jakarta Selatan, Selasa (29/1/2019).
Pria asal Jawa Timur ini berdalih e-Sport lebih dari sekedar permainan. Sebab, kata Imam, terdapat nilai-nilai sportivitas, azas saling menghargai, dan semangat bekerja sama dalam olahraga e-Sport.
“Belajar [permainan] digital bisa membentuk kepribadian yang kuat, saling menghargai, menghormati, dan tentu saling bekerja sama. Makanya kalau ada yang mengatakan e-Sport bukan bagian olahraga, saya kira itu perlu diluruskan,” kata Imam.
Imam juga menolak anggapan bahwa e-Sport bukan aktivitas fisik. Alasannya, kata dia, atlet olahraga ini juga memerlukan kebugaran tubuh dan asupan gizi yang baik agar berprestasi.
Untuk mendorong e-Sport masuk ke dalam kurikulum sekolah, Imam Nahrawi berencana mendiskusikan ide tersebut dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Kami akan bekerja sama dengan Kemendikbud agar di masing-masing sekolah terfasilitasi betul [pembelajaran eSport]," kata dia.
Imam Nahrawi juga akan meminta Kemendibud untuk mensosialisasikan e-Sport kepada masyarakat yang masih memandang sebelah mata cabang olahraga ini.
"Bahwa e-Sport yang dulu dianggap sebelah mata, sekarang menjadi masa depan,” kata Imam.
Dalam konteks ini, Kemenpora sedang mendorong kampanye olahraga e-Sport di tingkat pelajar. Salah satunya dengan menggelar Youth National eSport Championship 2019.
Kompetisi tersebut diklaim melibatkan tim dari 600 sekolah SMP dan SMA di 22 kota di Pulau Jawa dan Sumatera. Kompetisi yang berlangsung pada 18 Januari hingga September 2019 itu memperebutkan piala Menpora.
Selain itu, pemerintah juga bakal menggelar Piala Presiden e-Sports 2019 yang mempertandingkan para pemain gim Mobile Legends. Rencananya, kompetisi tersebut akan digelar di delapan kota terlebih dahulu sebelum tim terbaik dari masing-masing kota kualifikasi maju ke babak Grand Final pada 30-31 Maret 2019.
Kedelapan kota yang menjadi tempat untuk babak kualifikasi itu ialah Palembang, Bekasi, Solo, Pontianak, Denpasar, Makassar, Manado, dan Surabaya.
“Setelah gelaran Asian Games tahun lalu, Presiden Joko Widodo menaruh perhatian besar pada e-Sport dan melihat akan adanya potensi besar dari industri ini demi kemajuan Indonesia,” kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (28/1/2019).
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz