tirto.id - Nama Thomas Djamaluddin, mantan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) periode 2014 - 2021 menjadi perbincangan setelah komentarnya di Facebook dibalas oleh peneliti Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangeran Hasanuddin
Thomas Djamaluddin menulis komentar dengan menyebut akun Facebook atas nama Aflahal Mufadilah. Perdebatan di kolom komentar tersebut mengenai perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri 1444 H antara Pemerintah dan Muhammadiyah.
“Ya. Sdh tidak taat keputusan pemerintah, eh masih minta difasilitasi tempat shalat ied. Pemerintah pun memberikan fasilitas,”tulis Thomas Djamaluddin.
Komentar tersebut dibalas oleh Andi Pangeran Hasanudin dengan akun Facebook AP Hasanuddin. Dia membalas Ahmad Fauzan S dengan komentarbernada sinis disertai ancaman.
"Perlu saya halalkan gak neh darah darahnya semua muhammadiyah? apalagi muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda Kalender Islam Global dari Gema Pembebasan? banyak bacot emang, sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan saya siap dipenjara. Saya capek liat pengaduhan kalian," tulis Andi Pangeran.
Akibat pernyataan kontroversial tersebut, Andi Pangeran dikecam berbagai pihak hingga berujung dilaporkan ke polisi oleh pengurus PP Pemuda Muhammadiyah, dengan tindak pidana pencemaran nama baik dan ujaran kebencian.
Kasus yang menyeretnya tersebut membuat Thomas Djamaluddin meminta maaf secara terbuka melalui akun Facebook pribadinya pada Selasa, 25 Februari 2023.
“Dengan tulus saya memohon maaf kpd Pimpinan dan warga serta teman2 Muhammadiyah. Semoga kesatuan ummat bisa segera terwujud,” tulis Thomas.
Kemudian, dia juga menyertakan rangkaian kata permohonan maaf sebagai berikut:
“Masih dalam suasana bermaaf-maafan, dengan tulus saya memohon maaf atas sikap kritis saya pada kriteria Wujudl Hilal yang saya anggap using secara astronomi dan sikap ego-organisasi yang menghambat dialog menuju titik temu.
Tidak ada kebencian atau kedengkian saya pada organisasi Muhammadiyah yang merupakan aset bangsa yang luar biasa. Niat saya hanya mendorong perubahan untuk bersama-sama mewujudkan kesatuan ummat secara nasional lebih dahulu.
Saya mengulang-ulang setiap ada perbedaan hari raya untuk mengingatkan bahwa perbedaan ini mestinya bisa diselesaikan, tidak dilestarikan.
Sekali lagi saya mohon maaf dengan tulus kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah atas ketidaknyamanan dan kesalahfahaman yang terjadi.”
Profil Thomas Djamaluddin
Thomas Djamaluddin adalah seorang laki-laki kelahiran Purwokerto, 23 Januari 1962. Dia memiliki istri bernama Erni Riz Susilawati. Keduanya dikarunia tiga orang anak, mereka adalah Vega Isma Zakiah, Gingga Ismu Muttaqin Hadiko, dan Venus Hikaru Aisyah.
Thomas mengenyam pendidikan hingga meraih gelar tertinggi di bidang akademik yaitu profesor Riset Astronomi dan Astrofisika, LAPAN pada tahun 2009.
Thomas kecil menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Cirebon, setelah lulus dia melanjutkan ke SMA Negeri 2 Cirebon. Kemudian, Thomas melanjutkan ke bangku kuliah dengan menuntut ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB), mengambil jurusan Astronomi pada 1981 hingga 1986.
Lulus sebagai seorang sarjana pada tahun 1986, Thomas berkarier sebagai peneliti antariksa, LAPAN. Kemudian, dua tahun bekerja di LAPAN, Thomas yang memang mencintai dunia astronomi melanjutkan pendidikannya ke Negeri Sakura Jepang.
Dia menempuh master pada bidang Astronomi di Kyoto University pada 1988 hingga 1991. Lalu, dia langsung melanjutkan pendidikan doktoral Astronomi di universitas yang sama pada 1991 hingga 1994.
Pulang ke tanah air, dia kembali mengabdikan diri di LAPAN. Selama berkarier di LAPAN dia menempati deretan jabatan fungsional seperti Kepala Unit Komputer Induk, LAPAN pada 1999 hingga 2001.
Kemudian dia juga pernah menjadi Kepala Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN 2001 hingga 2003. Selanjutnya, Thomas menduduki posisi Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN 2007 hingga 2010.
Berbekal ilmu yang dimilikinya Thomas juga aktif di bidang akademik dengan menjadi dosen Program Magister dan Doktor Ilmu Falak, IAIN/UIN Walisongo Semarang.
Selanjutnya, pada tahun 2009 Thomas resmi ditasbihkan sebagai profesor Riset Astronomi dan Astrofisika, LAPAN. Lalu, dia pernah menempati posisi sebagai Deputi Sains, Pengkaji, dan Informasi Kerdigantaraan, LAPAN pada 2011 hingga 2014.
Sederet pengalaman yang telah dia miliki, Thomas diamanahi tugas sebagai Kepala LAPAN selama tujuh tahun, yaitu periode 2014 hingga 2021.
Sebagai seorang astronom senior, Thomas adalah salah satu anggota nasional yang mewakili ITB dalam keanggotaan nasional Indonesia untuk International Astronomical Union (IAU).
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto