Menuju konten utama

Siapa Pantas Gantikan Jorge Lorenzo di Repsol Honda Team?

Pensiunnya Jorge Lorenzo bikin Repsol Honda dituntut segera mencari sosok pengganti. Tiga nama jadi kandidat terdepan.

Siapa Pantas Gantikan Jorge Lorenzo di Repsol Honda Team?
Pemenang lomba MotoGP Jorge Lorenzo dari Spanyol, tengah, merayakan dengan Marc Marquez dari Spanyol yang berada di urutan kedua, meninggalkan dan Valentino Rossi dari Italia di podium setelah Grand Prix MotoGP Motor Catalunya di Montetello, dekat Barcelona, ​​Spanyol, pada Minggu (17/6/2018). AP / Eric Alonso

tirto.id - Jorge Lorenzo resmi pensiun dari MotoGP setelah bertanding dalam seri terakhir musim 2019 di Sirkuit Valencia, Spanyol, Ahad (17/11/2019) kemarin. Faktor fisik dan keinginan "hidup lebih tenang" jadi alasan dia menempuh langkah ini.

“Hidup ini cuma sekali dan Anda punya kesempatan menikmatinya,” kata pembalap yang memulai karier pada 2002 ini, seperti dikutip dari Crash. “Tapi sulit jika Anda memiliki begitu banyak kewajiban, harus ada kompromi.”

“Kita perlu mengambil kesempatan itu, dan memang itulah yang akan saya lakukan mulai hari ini,” tegasnya.

Kendati tak begitu kompetitif pada musim terakhirnya, kiprah Lorenzo di dunia balap patut diacungi jempol. Sejak mentas dari kelas 125cc, pria kelahiran Palma Spanyol ini telah merengkuh lima gelar juara dunia, dua kali di kelas 250cc (2006 dan 2007) dan tiga di kelas MotoGP (2010, 2012, 2015).

Jejak cemerlang ini bikin Lorenzo meninggalkan MotoGP dengan “perasaan lebih bebas.” “Kebebasan itu karena aku meninggalkan karier ini dalam kondisi sehat dan relatif muda, sehingga bisa menikmati banyak hal.”

Tapi apa yang dirasakan Lorenzo bertolak belakang dengan apa yang saat ini ada di benak para petinggi Repsol Honda, tim terakhirnya. Pabrikan asal Jepang ini punya beban berat: segera mencari pengganti Lorenzo yang berkualitas sepadan.

Manajer Repsol Honda Alberto Puig menyebut ada beberapa “nama pembalap top” yang masuk dalam pertimbangan. Sementara Lorenzo, dalam wawancara dengan Crash, menyebut tiga sosok sebagai kandidat paling memungkinkan.

“Dari yang aku dengar, pertarungan untuk posisi itu saat ini menyusut ke tiga nama: Cal [Crutchlow], Johann [Zarco], dan Álex [Márquez].”

Crutchlow: Kontrak Jadi Kendala

Nama pertama yang disebut Lorenzo bukan sosok baru di dunia MotoGP. Crutchlowlah yang paling senior di antara kandidat lain. Usianya bahkan lebih tua ketimbang Lorenzo, 34 tahun.

Crutchlow juga berbeda dari kandidat lain karena dia tak mengawali karier di kelas rendah MotoGP. Menjajaki balap motor profesional pada 2006, kariernya justru dilekasi sebagai pembalap Superdport dan Superbike. Baru pada 2011 lalu Crutchlow menjajal peruntungan dengan beralih ke MotoGP.

Sepanjang kiprahnya di MotoGP, tiga tim pernah dia perkuat, Yamaha Tech 3, Ducati, dan LCR Honda Castrol.

Pencapaian tertingginya adalah menempati peringkat lima klasemen akhir musim 2013, saat masih memperkuat Yamaha Tech 3. Di Musim 2019, Crutchlow berada di deret sembilan klasemen akhir dengan 133 poin. Total tiga kali dia masuk podium, yakni di Qatar, Jerman, serta Australia.

Saat dimintai konfirmasi soal spekulasinya sebagai pengganti Lorenzo, Crutchlow berkata “belum ingin menyinggung hal itu.”

Banyak pihak meyakini batu sandungan yang bisa mengganjal rencana Repsol Honda meminang Crutchlow adalah faktor kontrak. Crutchlow masih terikat dengan LCR Honda sampai penghujung tahun 2020.

“Aku sudah punya kontrak, jadi aku bukan orang yang sedang mencari pekerjaan,” ujar sang pembalap.

Meski tak menutup kemungkinan pindah tim, kans itu relatif kecil karena Crutchlow sendiri tak punya kendala dengan timnya.

Zarco: Kepribadian Bermasalah

Johann Zarco bukan nama baru pula. Kendati belum pernah merengkuh capaian menjanjikan sejak mentas ke kelas MotoGP, Zarco berstatus dua kali juara dunia Moto2.

Tahun ini Zarco tak sekalipun naik podium. Dalam beberapa wawancara, si pembalap menyebut kendala utamanya adalah motor. Untuk alasan ini pula, Repsol Honda barangkali akan jadi tim yang cocok buat Zarco, apalagi dia sempat sesumbar menginginkan motor yang lebih cepat untuk musim 2020.

“Aku ingin motor yang bagus dan tim yang bagus untuk bekerja [di kelas MotoGP], karena aku percaya dengan kemampuanku,” ujarnya seperti dilansir Autosport.

Zarco, bahkan sesumbar bakal lebih memilih turun ke kelas Moto2 lagi ketimbang bertahan di kelas MotoGP dan membalap untuk tim yang tak punya rekam jejak bagus.

Situasi ini tentu bisa dimaksimalkan Repsol Honda.

Kendati demikian, mereka justru dikabarkan masih ragu-ragu untuk mendekati Zarco. Rekam jejak Zarco yang kerap terlibat konflik dengan tim sebelumnya jadi alasan keraguan ini.

Musim ini Zarco sempat mengakhiri kerja sama dengan tim yang dia perkuat pada awal kompetisi, KTM Honda. Akibatnya, pada tiga seri terakhir, dia membalap untuk LCR Honda.

Zarco sulit akur dengan orang-orang KTM. Sikap ini mendapat kecaman dari sejumlah pembalap.

Aleix Espargaró dari Aprilia misal, menyebut sikap Zarco bukan seperti pembalap profesional. Sikap Zarco menurutnya bisa jadi masalah bagi tim mana pun yang ingin merekrutnya.

“Dalam sebuah tim, ada banyak orang yang rela berpisah dengan keluarganya demi menciptakan motor yang bagus buat pembalap. Sebagian bahkan mengorbankan uang mereka,” kata Espargaro seperti dilansir Crash. “Menurutku, pembalap yang tak bisa menghargai mereka, tidak pantas bekerja untuk tim terbaik di dunia dengan motor yang paling bagus,” imbuhnya.

Álex Márquez: Solusi Tepat?

Satu nama terakhir yang muncul ke permukaan sebagai kandidat pengganti Lorenzo adalah Álex Márquez. Dibanding dua calon pertama, Márquez menawarkan kebaruan.

Adik juara dunia MotoGP 2019, Marc Márquez ini belum pernah menginjakkan kaki di kelas tertinggi. Tapi, sepanjang 2019, kiprahnya di Moto2 menjadi pusat perbincangan.

Dari 19 balapan, Márquez 10 kali masuk podium. Lima di antaranya berstatus peringkat satu. Total poin yang diraihnya sepanjang musim (262) mengantarkan pembalap asal Spanyol ini sebagai juara dunia kelas Moto2.

Perekrutan Márquez bisa jadi sentimen positif. Sebab jika terwujud, Repsol Honda akan jadi tim profesional kelas MotoGP pertama yang punya pasangan pembalap kakak beradik.

Espargaro, yang sebelumnya mengkritik keras Zarco, juga sependapat dengan penilaian ini.

“Jika Honda memilih merekrut Álex Márquez, aku rasa itu akan jadi keputusan terbaik. Aku akan melakukan hal serupa jika jadi mereka, karena Álex adalah juara dunia Moto2 dan tentu saja perekrutannya bisa bikin Marc senang,” tandasnya.

Faktor pengalaman akan jadi pertimbangan paling matang bagi Repsol Honda untuk menahan hasrat merekrut Alex. Tapi kakak Alex, Marc Márquez, sempat menjamin bahwa adiknya itu sudah lebih dari siap untuk naik ke kelas paling bergengsi.

“Tapi soal motor apa yang cocok untuknya, aku tak mau berkomentar,” tutur Márquez seperti dilansir Crash. “Aku juga tidak ingin memaksakan apa pun, soal dia direkrut atau tidak, semua akan diputuskan murni oleh pihak Repsol Honda.”

Baca juga artikel terkait MOTOGP atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino