tirto.id - NH Dini adalah sastrawan Indonesia yang diabadikan dalam Google Doodle 29 Februari hari ini, bertepatan dengan ulang tahun NH Dini yang ke-84. Ilustrasi NH Dini di Google Doodle hari ini dibuat oleh seniman asal Jakarta, Kathrin Honesta.
“Sastra sebenarnya adalah makanan bergizi untuk jiwa dan pikiran manusia. Ini adalah fondasi dasar kemanusiaan, cerminan masyarakat, realitas, pengetahuan, dan kebijaksanaan," kata NH Dini.
Biografi NH Dini
Lahir di Semarang, pada hari ini tahun 1936, Nurhayati Sri Hardinia Siti Nukatin (dikenal dengan nama pena NH Dini) tumbuh dengan mendengarkan ibunya membaca cerita dari majalah lokal dan kemudian menjadi penulis yang produktif.
Menolak peran tradisional wanita yang dibentuk oleh patriarki Jawa, banyak karya NH Dini yang berfokus pada isu-isu gender dan keyakinannya bahwa "seorang wanita, di mana pun dia tinggal, pantas diperlakukan secara adil dan terhormat."
Pada 1950-an, ketika Dini bekerja sebagai pramugari untuk sebuah maskapai penerbangan Indonesia, ia bertemu suaminya, seorang konsul Perancis untuk Jepang. Sepanjang pernikahan mereka, keduanya berpindah dari satu negara ke negara lain. NH Dini sempat tinggal di Kamboja, Jepang, Perancis, Filipina, dan AS.
Terinspirasi oleh perjalanan tersebut dan pengejaran tanpa henti untuk hak-hak perempuan, Dini mengabdikan hidupnya untuk menulis dan menerbitkan lusinan novel, cerita pendek, dan puisi selama 60 tahun berkarya.
Melalui karya-karya seperti Pada Sebuah Kapal (1985), dan Namaku Hiroko (1986), fiksi Dini terus memberdayakan perempuan hingga hari ini.
Tak lama setelah bercerai dan kembali ke Semarang, NH Dini mendirikan taman bacaan untuk anak-anak dan remaja di rumah warisan orang tuanya yang bernama “Pondok Baca Nh. Dini”. Renovasi rumah dikerjakan saat ia masih tinggal di Jakarta. Menggunakan bis malam, ia sering bolak-balik Jakarta-Semarang demi memantau renovasi tersebut.
Dalam perjalanannya, Pondok Baca NH Dini mengalami pelbagai musibah yang disebabkan oleh alam seperti banjir dan longsor. Sementara dirinya sebagai pengarang, terutama saat terjadi krisis ekonomi jelang reformasi 1998, kesulitan karena barang-barang penunjang untuk menulis mulai susah didapatkan.
Sampai ajal menjemputnya pada 4 Desember 2018, kiranya Nh. Dini tidak bergeser dari posisinya yang secara luas didapuk sebagai pengarang yang konsisten menyuarakan hak-hak perempuan.
Ketegarannya dalam menulis, juga ia jalani dalam kehidupannya sehari-hari. Di usia senja, saat kesehatannya menurun, jatuh bangun mengelola pondok baca, juga kebutuhan keuangan yang terus-menerus harus ia penuhi, tak membuatnya lemah. Bahkan karena tak ingin merepotkan keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia memilih untuk tinggal di panti jompo.
Editor: Agung DH