Menuju konten utama

Siap-Siap, Era Bunga KPR Kian Tinggi Menanti

Awal 2019 perbankan sudah menyiapkan rencana kenaikan suku bunga kredit konsumer terutama KPR sebagai respons kenaikan BI rate.

Warga berjalan di perumahan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank BTN di Kelurahan Tegal Gede, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, Kamis (9/3). Bank BTN menyasar para pekerja informal, seperti nelayan dan pedagang sebagai incaran untuk KPR karena tidak memiliki penghasilan tetap, meskipun mampu untuk mencicil. ANTARA FOTO/Seno/pd/17.

tirto.id - Perasaan tidak menentu tengah dirasakan Ivan, seorang karyawan swasta di salah satu perusahaan konsultan PR di Jakarta. Pria berusia 34 tahun ini sedang mencari cara mengakali tingginya cicilan kredit pemilikan rumah (KPR) yang ia bayar saat ini. Saat promo, Ivan menikmati bunga KPR sebesar 9 persen.

Masa bulan madu itu berlangsung singkat, hanya satu tahun. Sejak Agustus 2016, Ivan telah merasakan pedihnya floating rate atau suku bunga "mengambang" KPR sebesar 13 persen. Cicilan KPR yang ia bayarkan pun melonjak nyaris bertambah Rp1 juta dari cicilan masa promo. Sudah selama dua tahun ini Ivan membayar cicilan KPR senilai hampir Rp5 juta setiap bulan.

“Sekarang makin deg-degan bunga KPR takut naik lagi, karena trennya bunga acuan BI sedang tinggi karena bunga federal di AS juga sedang naik. Sekarang prioritas saya mencari bank lain untuk over KPR biar bisa dapat bunga fix yang lebih rendah dan lebih lama,” curhat Ivan kepada Tirto.

Ia berencana melakukan take over KPR dengan menjual huniannya yang berada di kawasan Cibubur, Jakarta. “Kalau memang nanti over KPR sulit dilakukan, mungkin saya terpaksa take over saja KPR-nya. Saya jual,” kata Ivan.

Kenaikan bunga kredit dan simpanan di perbankan Tanah Air tidak luput dari pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Perlahan tapi pasti, perbankan melakukan penyesuaian atas kenaikan suku bunga acuan 7 Day Repo Rate (7DRR) yang dilakukan oleh bank sentral sejak tahun lalu.

Sepanjang 2018, BI telah menaikkan 7DRR sebanyak 6 kali dengan total kenaikan bunga sebanyak 175 basis poin (bps) atau 1,75 persen. Posisi suku bunga acuan 7DRR kini berada di level 6 persen, naik dibanding kuartal I-2018.

Transmisi suku bunga kebijakan BI-7DRR melalui jalur suku bunga masih berlangsung, termasuk di pasar uang antar bank (PUAB), kenaikan bunga deposito dan juga suku bunga kredit. Survei Perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia memperkirakan tingkat suku bunga kredit konsumsi mengalami kenaikan 3 bps menjadi 13,96 persen, dengan perkiraan kenaikan bunga KPR/ KPA sebesar 13 bps.

Prakiraan suku bunga kredit untuk KPR/ KPA pada tiga bulan pertama 2019 berada di kisaran 11,5 persen. Meski diperkirakan mengalami kenaikan bunga, KPR/ KPA masih menjadi prioritas utama perbankan nasional dalam penyaluran kredit baru pada tiga bulan pertama 2019.

PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk mengakui dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan penyesuaian terhadap bunga KPR/ KPA. Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengakui dalam waktu dekat akan menaikkan bunga KPR/ KPA dengan kisaran penyesuaian sebesar 0,5 persen sampai dengan 1 persen. Besaran kenaikan tersebut, bergantung pada profil risiko debitur yang bersangkutan.

“Kenaikan suku bunga BNI Griya ini tidak semata karena kenaikan BI Rate, tetapi mempertimbangkan juga faktor persaingan dan kemampuan pasar,” kata Baiquni kepada Tirto.

Baiquni menambahkan, sepanjang enam kali kenaikan BI Rate di 2018 lalu, perseroan belum menaikkan suku bunga pinjaman untuk kategori KPR/ KPA. Penyesuaian baru akan dilakukan BNI pada tahun ini.

Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Kedua bank tersebut sama-sama terbuka terhadap peluang kenaikan bunga KPR/ KPA. Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo mengatakan kenaikan suku bunga hanya berlaku bagi nasabah baru yang akan menjadi debitur KPR/ KPA.

“Karena pasar KPR/ KPA umumnya menawarkan suku bunga gimmick atau promo pada 2-3 tahun pertama masa pinjaman. Tetapi penyesuaian ini juga dilakukan lebih berhati-hati karena akan memengaruhi kualitas kredit KPR/ KPA, khususnya bagi nasabah yang sudah berakhir masa promo atau beralih disesuaikan ke floating rate,” kata Haru.

Infografik Naik Turun Bunga KPR dan Deposito

Infografik Naik Turun Bunga KPR dan Deposito

Sementara itu, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk dan PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, justru mengambil langkah yang sedikit berbeda. Keduanya mengaku belum berencana untuk menaikkan suku bunga untuk KPR/ KPA di tahun ini. Menurut Direktur Consumer Banking BTN Budi Satria, menegaskan perseroan tidak langsung merespons setiap kenaikan suku bunga acuan dengan menaikkan bunga pinjaman.

Meski demikian, sejak awal 2018 sampai saat ini, bank yang tercatat di papan bursa saham dengan kode BBTN telah melakukan penyesuaian suku bunga pinjaman dengan tingkat yang bervariasi antara 100 bps sampai dengan 150 bps. Pun demikian dengan BCA yang telah melakukan penyesuaian suku bunga KPR sebesar 100 bps.

“Suku bunga KPR BCA menjadi 6,88 persen untuk fix rate pada Oktober 2018, lebih tinggi 100 bps dibanding suku bunga yang ditawarkan pada April 2018 yang sebesar 5,88 persen,” kata Santoso Liem, Direktur BCA kepada Tirto.

Konsekuensi dari kenaikan suku bunga tersebut, rata-rata perbankan memasang target penyaluran KPR/ KPA lebih rendah dibanding 2018. BTN misalnya, memasang pertumbuhan KPR/ KPA sebesar 15 persen. Angka itu menurut Budi Satria, lebih rendah dibanding realisasi penyaluran KPR/ KPA BTN tahun 2018.

“Konsumen khususnya yang membeli properti untuk tujuan investasi sepertinya masih bersikap menunggu,” ucap Budi.

Sama halnya dengan Bank CIMB Niaga. Lani Darmawan, Direktur Consumer Banking CIMB Niaga menyebut, penyaluran KPR/ KPA untuk high ticket size atau hunian seharga lebih dari Rp600 juta akan berat di tahun ini. Oleh sebab itu, bank yang melantai di bursa saham dengan kode emiten BNGA ini akan menggenjot laju penyaluran KPR/ KPA di segmen perumahan dengan harga rata-rata Rp600 juta.

“Untuk hunian dengan harga rata-rata Rp600 juta, masih bisa tumbuh. Kami harapkan pertumbuhan KPR/ KPA sebesar 15 persen di tahun ini,” ujar Lani.

BCA juga tidak memasang target tinggi untuk penyaluran KPR/ KPA di tahun ini. Menurut Santoso Liem, bank yang tercatat di bursa dengan kode saham BBCA ini memasang target pertumbuhan yang moderat, sejalan dengan tren kenaikan suku bunga.

BRI juga menargetkan pertumbuhan KPR/ KPA sebesar 18 persen tahun ini. Angka itu lebih rendah dibanding target pertumbuhan KPR/ KPA BRI tahun lalu yang sebesar 20 persen. “Penyaluran KPR/ KPA relatif tidak memiliki kendala. Namun mengingat beberapa tahun terakhir pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan semakin menurun, membuat bank akan lebih selektif lagi menyalurkan pinjaman ke segmen yang lebih memiliki imbal hasil yang lebih produktif dan berjangka waktu lebih pendek. Ini seiring dengan arah pergerakan pasar yang cenderung mengelola portofolio dengan durasi lebih pendek,” jelas Haru.

Sementara itu, pihak BNI mengatakan penyaluran KPR/ KPA akan sedikit berat pada tahun ini. “Sebab pasar properti masih tumbuh melambat tahun ini. Selain itu, adanya perang suku bunga pinjaman untuk menarik minat nasabah serta event politik di tahun ini menjadi catatan bagi industri perbankan,” ungkap Baiquni.

Kenaikan bunga KPR/ KPA yang dilakukan oleh perbankan adalah keniscayaan. Jadi, para debitur KPR/ KPA, bersiaplah menghadapi kenaikan cicilan hunian yang kian tinggi.

Baca juga artikel terkait KREDIT atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Suhendra