Menuju konten utama

Aksi Bela Salah: Dari Petisi Hingga Demonstrasi

Pelanggaran Sergio Ramos kepada Moh Salah berbuntut panjang. Para penggemar melakukan banyak hal, dari mulai petisi, gugatan hukum, hingga wacana demonstrasi.

Aksi Bela Salah: Dari Petisi Hingga Demonstrasi
Mohamed Salah mendapat perawatan medis di menit ke-30 babak pertama pertandingan sepak bola Final Liga Champions antara Real Madrid dan Liverpool di Stadion Olimpiyskiy di Kiev, Ukraina, Sabtu, 26 Mei 2018. (Foto AP / Sergei Grits)

tirto.id - Trofi Liga Champions musim ini boleh saja mendarat di Kota Madrid, Spanyol, akan tetapi tak berarti kontroversi dari pertandingan pada laga final yang mempertemukan Liverpool versus Real Madrid itu selesai.

Wools, sebutan bagi pendukung Liverpool yang tidak berasal dari Liverpool, menilai El Real tak pantas membawa pulang Si Kuping Besar—sebutan bagi piala Champions. Mereka merasa Madrid bermain kasar, terutama Sergio Ramos, yang membuat Mohamed Salah harus ditarik ke luar lapangan sebelum waktunya.

Salah satu bentuk protes Wools adalah membuat petisi di Change.org. Mereka meminta UEFA dan FIFA menghukum Ramos. Di sana tertulis Ramos memang sengaja melanggar Salah hingga membuatnya cedera di bagian bahu.

"Alih-alih memenangkan pertandingan dengan adil, dia [Madrid] menggunakan trik yang menentang semangat permainan dan permainan yang adil. UEFA dan FIFA harus mengambil langkah-langkah terhadap Ramos," tulis petisi tersebut.

Sampai dengan Rabu (29/5) sore, petisi tersebut telah mendapat dukungan dari hampir 500 ribu akun dari berbagai belahan dunia.

Dimas Pridinarya, Presiden Bold Indonesian Group of Reds Supporters Indonesia's Official Liverpool FC Supporters Club atau BIGREDS IOLSC, menilai petisi tersebut adalah bukti kecintaan suporter pada pemain muda asal Mesir tersebut. "Dan itu sah-sah saja," ucap Dimas kepada Tirto, Selasa (29/5) kemarin.

Namun Dimas pesimistis petisi tersebut mampu membuat UEFA dan FIFA benar-benar bertindak. Kalaupun iya, itu tidak mengubah apapun: Madrid tetap juara, dan Liverpool, lagi-lagi, memperpanjang puasa gelarnya.

"Apakah UEFA akan menghukum Ramos? Terserah UEFA, toh tidak akan mengubah apa-apa," ucap pria yang akrab disapa Cakdim tersebut.

Cakdim cukup pesimistis, karenanya ia tidak ikut tanda tangan. Tak ada pula instruksi kepada anggota, baik untuk turut serta atau tidak.

"Mau ikut monggo, mau enggak ya tidak apa-apa. Dihormati semua keputusannya," katanya.

Sementara Aji Wibowo, penggemar sekaligus aktif menulis untuk situs indonesia.liverpoolfc.com, ikut tanda tangan. Ia percaya kalau kecil kemungkinannya pelanggaran Ramos bakal diusut otoritas terkait.

Namun Aji tetap penasaran, dan itu satu-satunya alasan ia ikut memparaf petisi: "Andai penandatangan petisi itu luar biasa, seperti apa dampaknya?"

Digugat hingga Hendak Didemo

Selain petisi daring, ada pula upaya lain yang tak kalah menarik buat disimak. Seorang pengacara asal Mesir, Bassem Wahba, mengajukan gugatan perdata sebesar satu miliar Euro kepada Ramos. Ia juga telah mengajukan keluhan kepada FIFA.

Dalam wawancara di saluran televisi Mesir, Sada El-Badad, Wahba mengatakan Ramos sengaja melakukan tindakan yang menimbulkan "kerugian fisik dan psikologis" atas sebuah bangsa dan pesepakbola paling terkenal.

"Ramos dengan sengaja melukai Mo Salah dan harus dihukum karena tindakannya," kata Wahba. "Saya akan minta kompensasi, yang bisa melebihi satu miliar Euro, untuk kerugian fisik dan psikologis yang diberikan Ramos kepada Salah dan orang-orang Mesir," tambahnya, seperti dikutip dari Goal.com.

Namun Wahba, bagaimanapun, hanya mengklaim atas nama orang Mesir dan bergerak sendiri. Ia kalah ketimbang salah satu suporter Indonesia.

Selasa (29/5) malam, beredar surat undangan melalui aplikasi WhatsApp untuk melakukan aksi di depan Kedutaan Besar Spanyol pada Kamis, 31 Mei 2018. Aksi tersebut dinamakan "Indonesia Bela Salah".

Pengundangnya bernama Mohammad Dendi Budiman. Ia mengatakan kepada Tirto kalau aksi tersebut benar-benar hendak ia lakukan. Sayangnya, saat dikonfirmasi lagi pada Rabu sore ponselnya tak lagi aktif. Sementara dari pihak kepolisian belum menerima pemberitahuan apapun soal aksi. "Sampai sekarang kami belum dapat informasi pemberitahuan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono.

Namun pada Selasa malam, Dendi mengatakan kalau acara tersebut, sebagaimana petisi dan pengacara, adalah bentuk dukungan terhadap Salah. Dendi berharap aksinya didukung oleh pendukung Liverpool di Indonesia.

"Insiden ini sangat melukai dunia persepakbolaan," katanya kepada Tirto.

Ada dua hal yang dituntut: pertama meminta UEFA memberi sanksi kepada Ramos, dan kedua mencabut gelar Champions kepada Madrid. Hal yang disebut terakhir sebetulnya tak ada presedennya dalam sejarah, bahkan ketika dua tahun lalu ada juga petisi serupa yang meminta UEFA membatalkan lima gelar Champions Madrid.

Infografik Mohamed Salah

Fahmi Mijak, Ketua Divisi Sosial Media dan Humas dari Komunitas Madrid Indonesia Jakarta atau Pena Real Madrid de Indonesia Region DKI Jakarta, menilai wajar pembelaan fans Liverpool terhadap Salah.

"Wajar mengingat Salah merupakan pemain kunci di tim nasional Mesir dan Liverpool" ucap Fahmi kepada Tirto.

Namun, Fahmi berpendapat pelanggaran Ramos tak berlebihan. Ramos, katanya, hanya menjalankan tugasnya sebagai pemain belakang: menahan pergerakan penyerang lawan.

"Saya melihatnya sebagai atraksi perebutan bola yang ketat tapi masih dalam batas wajar (pelanggaran bersih). Sialnya posisi jatuh Salah salah sehingga tidak dapat melanjutkan pertandingan," ucap Fahmi.

Karenanya Fahmi bilang kalau mendesak Ramos dihukum sama saja seperti kekonyolan.

"Kurang tepat kalau Ramos kena sanksi, gaya permainannya memang keras dan tanpa ampun," katanya.

Baca juga artikel terkait FINAL LIGA CHAMPIONS atau tulisan lainnya dari Naufal Mamduh

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Naufal Mamduh
Penulis: Naufal Mamduh
Editor: Muhammad Akbar Wijaya