tirto.id - Setahun sudah sejak Irjen Arief Sulistyanto mengemban tugas sebagai Asisten Sumber Daya Manusia (SDM) Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Dalam diskusi yang diadakan di kawasan Senen, Jakarta, Arief dianggap berhasil melakukan pembenahan dalam sistem perbaikan SDM Polri.
Salah satu pembicara yang hadir, pengacara Novel Baswedan, Haris Azhar menyampaikan, Arief Sulistyanto harus menjadi panutan bagi anggota Polri yang lain.
Meski menilai Arief adalah sosok yang berjasa dalam pembangunan SDM Polri, Haris menegaskan bahwa peran Arief tak lengkap tanpa adanya pengaruh Tito Karnavian.
“Kalau enggak ada Pak Tito, habis semua ini,” kata mantan Koordinator KontraS ini dalam diskusi yang dihadiri jajaran perwira Polri, termasuk Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto itu, Sabtu (24/3/2018).
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) dari Lokataru ini menyampaikan, untuk memperbaiki sistem institusi besar seperti Polri, dukungan Tito terhadap Arief sangat menentukan.
“Itu back up-nya Pak Tito. Kenapa saya appreciate Pak Arief dan kawan-kawan? Karena saya merasa itu paling tepat saat ini,” lanjutnya.
Senada dengan Haris, pemimpin redaksi majalah Tempo, Arif Zulkifli menyampaikan bahwa Arief mampu membuat keputusan yang tepat untuk Polri.
“Pertemuan saya, Mas Arief, dan Cak Farouk [Pengarang buku Arief Effect, Setahun Revolusi Senyap di Dapur Polri] ini, kami punya satu irisan, yaitu kasus Munir. Dari jauh saya lihat polisi melakukan terobosan luar biasa dan menghasilkan putusan-putusan yang sekarang,” kata Arif.
Meski terobosan itu sempat hilang beberapa saat. Namun, kinerja Arief dalam membuktikan kredibilitas Polri terbukti lagi. Hal itu, kata Arif, bisa dilihat saat polisi melakukan kesalahan penangkapan pada sejarawan, JJ Rizal tahun 2009 yang dicurigai membawa narkoba.
Saat itu, Arif langsung menghubungi Arief yang kala itu menjabat sebagai koordinator staf pribadi pimpinan.
“Kalau kita bicara panjang lebar tentang terobosan Mas Arief di SDM, itu bukan ujug-ujug. Kalau saya baca bukunya, Mas Arief terutama melakukan transparansi rekrutmen, lalu pembenahan mental personel. Yang lain saya kira yang tidak ditulis, Arief melakukan desentralisasi jalan karier seseorang,” tegasnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto