tirto.id - Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr berhasil unggul di pemilihan presiden Filipina dengan kemenangan telak. Dia berhasil mengalahkan lawan-lawan lain, termasuk wakil presiden saat ini, Leni Robredo.
Bongbong adalah anak dari diktator Filipina yang juga bernama Ferdinand Marcos, di mana dia berkuasa selama 21 tahun. Butuh waktu sekitar 36 tahun bagi Bongbong untuk membawa nama keluarganya kembali berkuasa di negara itu.
Hasil pemilu tersebut tentu saja mengejutkan beberapa orang di dunia, akan tetapi para analis justru mengatakan, hal tersebut tidak terlalu mengejutkan bagi mereka yang mengikuti perkembangan politik di Filipina.
Bongbong akan menggantikan Presiden Rodrigo Duterte yang banyak mendapat kritik karena "perang melawan narkoba", yang menewaskan ribuan orang Filipina. Dalam pemilu ini, Sara, anak Durterte juga terpilih sebagai wakil presiden. Dia akan berpasangan dengan Marcos Bongbong.
Sepak Terjang Marcos Bongbong di Perpolitikan Filipina
Ayah Bongbong, Ferdinand Marcos adalah presiden kesepuluh Filipina yang menjabat selama 21 tahun dari 1965 sampai 1986. Keluarga Marcos digulingkan dari kekuasaannya pada tahun 1986 oleh pemberontakan "Kekuatan Rakyat", di mana jutaan orang Filipina bersatu untuk mengutuk pelanggaran hak asasi dan korupsi miliaran dolar.
Sebelum itu, tepat di saat ayahnya masih menjadi presiden, Bongbong pernah menjadi wakil gubernur Ilocos Norte pada tahun 1981, saat itu usianya masih 23 tahun. Pada tahun 1983, dia berhasil menjadi gubernur di provinsi itu.
Pada saat ayahnya digulingkan kekuatan rakyat, Bongbong dan keluarganya melarikan diri ke Hawaii. Setelah situasi mulai mereda, Bongbong kembali ke Filipina. Di tahun 1992, Bongbong menjabat sebagai Anggota Kongres di Distrik Kedua Ilocos Norte.
Mulai dari tahun 1998 sampai 2007, dia kembali menjabat sebagai gubernur Ilocos Norte selama tiga periode berturut-turut. Pada tahun 2010, dia memenangkan kursi di Senat Filipina. Dua belas tahun kemudian, walaupun belum diputuskan secara resmi, Bongbong disebut-sebut sebagai kandidat yang berhasil meraih suara terbanyak di pemilihan presiden Filipina.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, setelah pemungutan suara, harga saham di Filipina kehilangan 3 persen pada satu titik, obligasi dolar anjlok dan mata uang peso naik 0,4 persen terhadap dolar.
Meskipun analis politik mengatakan masa kepresidenan Bongbong tidak mungkin seperti ayahnya, orang-orang yang tidak mendukung Bongbong marah atas terpilihnya anak mantan diktator itu.Sebab Bongbong dituding menggunakan kekuatan media sosial untuk menarasikan sejarah kelam keluarganya ketika berkuasa.
Selama era darurat militer tahun 1972-1981, ada ribuan penentang Marcos Sr mengalami penganiayaan yang brutal. Nama keluarganya pun identik dengan pejarahan, kronisme, kehidupan mewah dan miliaran dolar kekayaan negara menghilang.
Pada hari Selasa, sekitar 400 orang yang diisi sebagian besar mahasiswa melakukan protes terhadap Bongbong dengan tudingan ketidakberesan pemilihan.
Kelompok hak asasi manusia Karapatan meminta orang Filipina menolak kepresidenan Marcos yang baru, yang disebut dibangun di atas kebohongan dan disinformasi "untuk menghilangkan bau citra menjijikkan Marcos".
Sementara itu, Amnesty International menuduh Marcos dan pasangannya menghindari pembahasan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk yang dilakukan di bawah darurat militer dan selama perang berdarah Presiden Duterte terhadap narkoba.
Editor: Iswara N Raditya