Menuju konten utama

Seleksi Bakal Caleg PSI Dinilai Bisa Munculkan Kandidat Berkualitas

Bivitri Susanti berharap sistem seleksi caleg di PSI bisa memilih kandidat berdasar integritasnya dan bukan karena sekedar elektabilitas.

Seleksi Bakal Caleg PSI Dinilai Bisa Munculkan Kandidat Berkualitas
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie (tengah) didampingi anggota panitia seleksi independen bakal calon legislatif (bacaleg) PSI, Mari Elka Pangestu (kiri), Goenawan Mohamad (kedua kiri), Mahfud MD (kedua kanan) dan Neng Dara Affiah (kanan) dalam konferensi pers di kantor DPP PSI, Jakarta, Minggu (22/4). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.

tirto.id - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyelenggarakan seleksi terbuka bagi para bakal calon legislatif (caleg) di Pemilu 2019. Setelah melalui tahapan seleksi awal, sebanyak 105 peserta mengikuti tes wawancara di hadapan sejumlah panelis independen, pada hari ini.

Para panelis itu ialah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PHSK) Bivitri Susanti, hingga jurnalis senior Goenawan Mohamad.

Salah satu panelis, Bivitri Susanti memuji sistem seleksi bakal caleg yang digelar PSI tersebut. Menurut dia, sistem seleksi caleg di PSI ini bakal mengganggu kenyamanan partai-partai yang sudah ada.

“Salah satu yang belum tersentuh sejak reformasi dalam 20 tahun terakhir ini adalah partai politik. Kita sudah mengalami pergantian rezim, sistem pemilu, tapi yang paling sulit disentuh ialah partai politik,” kata Bivitri di Kantor DPP PSI, Jakarta pada Minggu (22/4/2018).

Bivitri menjelaskan ada tiga hal yang membuat langkah PSI menjadi terobosan positif. Pertama, calon legislatif (caleg) tidak dipilih elit partai politik. Kedua, pemilihan caleg menggunakan kriteria. Ketiga, PSI juga mengajak kaum perempuan dan difabel untuk ikut serta dalam seleksi caleg.

Pakar hukum tersebut berpendapat sistem seleksi caleg semacam ini belum menjadi sesuatu yang lazim di Indonesia. Sebab mayoritas partai tidak memiliki mekanisme seleksi khusus yang berfungsi mengukur kompetensi caleg. Bivitri berharap sistem seleksi caleg di PSI bisa memilih kandidat berdasar integritasnya dan bukan karena sekedar elektabilitas.

“Sehingga bukan sekadar memenuhi syarat. Ini sesuatu yang unik. Saya senang jadi bagian dari proses ini,” kata Bivitri.

Sementara itu, Mari Elka Pangestu menilai para peserta yang lolos ke tahap tes wawancara pada gelombang kedua ini jauh lebih baik. Mari Elka menilai hal itu dikarenakan adanya perbaikan pada tahap seleksi awal yang dilakukan oleh tim internal PSI.

“Saya lihat dari yang saya wawancara, kalau yang lalu bedanya sangat besar. Rata-rata mungkin karena screening-nya lebih baik. Variasinya juga cukup besar, lebih banyak perempuan,” ujar Mari Elka.

Dari seleksi untuk bakal caleg pada gelombang pertama lalu, PSI meloloskan 115 orang yang dinilai memenuhi persyaratan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 53 peserta dinyatakan lulus bersyarat karena belum memenuhi nilai minimum yang ditetapkan, yakni 3,75.

“Kalau poinnya 3,75 itu langsung lulus. Tapi kalau di bawah itu sedikit, akan lulus bersyarat, yang artinya akan ada kelas perbaikan dan pembekalan, untuk kemudian kami tes lagi,” kata Ketua Umum PSI Grace Natalie.

Baca juga artikel terkait PSI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Politik
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom