Menuju konten utama

Selasar Sunaryo Art Space Gelar Pameran 100 Tahun Ahmad Sadali

Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) akan menggelar pameran “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit”, mulai 19 September 2024 hingga 26 Januari 2025.

Selasar Sunaryo Art Space Gelar Pameran 100 Tahun Ahmad Sadali
Pameran Seabad Sadali. Foto/Dok. Tim Selasar Sunaryo Art Space (SSAS).

tirto.id - Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) akan menyelenggarakan pameran bertajuk “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit” mulai 19 September 2024 hingga 26 Januari 2025. Bertempat di Bale Tonggoh SSAS, Jl. Bukit Pakar Timur No.100, Ciburial, Kec. Cimenyan, Kabupaten Bandung, pameran peringatan 100 tahun kelahiran Ahmad Sadali ini dikuratori oleh Heru Hikayat dan Puja Anindita.

Ahmad Sadali adalah salah seorang tokoh Mazhab Bandung. Istilah Mazhab Bandung sendiri merujuk pada karya para alumni awal Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia di Bandung, yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB).

“Pada era 1950-an hingga 1960-an, para seniman dari mazhab ini tampil dengan karya-karya yang khas. Di kemudian hari, salah seorang anggota Mazhab Bandung, Ahmad Sadali, dijuluki sebagai Bapak Seni Lukis Abstrak Indonesia,” bunyi keterangan yang diterima Tirto.id, Rabu (18/9/2024).

Dilansir dari laman Digital Archive of Indonesian Contemporary Art, Ahmad Sadali lahir di Garut, 24 Juli 1924. Masa kanak hingga remajanya dihabiskan di Kota Dodol, dengan mengenyam pendidikan formal mulai dari Taman Kanak-Kanak, HIS, dan MULO. Di samping itu, Sadali juga belajar di Madrasah Muhammadiyah Garut.

Sadali kemudian hijrah ke Yogyakarta, melanjutkan pendidikan SMT-A. Berikutnya, anak keluarga pedagang batik ini masuk Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1944-1945). Pada 1948-1953, Ahmad Sadali tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Guru Gambar di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Setelah menyelesaikan sekolahnya, Ahmad Sadali langsung diangkat menjadi tenaga pengajar di almamaternya. Pada 1956, Sadali bertolak ke New York, Amerika Serikat, melanjutkan kuliah. Hingga akhir hayatnya, 19 September 1987, Ahmad Sadali dikenal lebih dari sekadar pelukis maupun akademikus. Guru Besar Seni Rupa ITB ini juga dikenal sebagai pegiat kemasyarakatan dan tokoh Islam.

Publik mengenal Ahmad Sadali sebagai salah seorang inisiator berdirinya Perguruan Tinggi Islam (PTI) yang kelak berganti nama menjadi Universitas Islam Bandung (UNISBA). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pembinaan Masjid Salman ITB.

“Saat Pak Sadali aktif di Salman, ia sering mengajak dosen-dosen ITB untuk mengisi ceramah maupun diskusi di Masjid Salman, sekalipun Pak Sadali tahu dosen-dosen yang ia ajak itu bukanlah sosok-sosok yang taat menjalankan agama,” ungkap Heru Hikayat kepada reporter Tirto.id

Sebagai pelukis, Ahmad Sadali telah mengikuti berbagai macam pameran individu maupun kelompok, di level internasional maupun nasional, dan mendapat banyak penghargaan, beasiswa seminar, hingga beasiswa studi atau penelitian.

Pada 1964, misalnya, Sadali berpartisipasi dalam “Arte Contemporanea Indonesia” di Rio de Jeinero, Brasil. Dua tahun kemudian, Sadali tampil dalam “Sebelas Seniman Bandung” di Balai Budaya Jakarta, bersama Angkama Setjadipraja, Mochtar Apin, Popo Iskandar, But Muchtar, Srihadi Soedarsono, G. Sidharta, AD Pirous, Kaboel Suadi, Jusuf Affendy, dan Rita Widagdo. “Sebelas Seniman Bandung” dikenal sebagai salah satu pameran paling menarik pada pertengahan tahun 1960-an.

Sekalipun sering dianggap sebagai pelukis Indonesia dengan nuansa kaligrafi religius, Sadali juga membuat berbagai macam karya dalam berbagai rupa, antara lain patung, mural, interior, maupun grafik. Selama 4 bulan ke depan, sebagian karya Ahmad Sadali bisa Anda saksikan di “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit”.

Tentang SSAS dan Dukungan Kahf

SSAS adalah sebuah lembaga yang memfokuskan dirinya pada seni rupa kontemporer dan kebudayaan visual secara lebih umum. Sebagai ruang, SSAS mengupayakan dirinya agar dapat menampung keragaman dari berbagai ekspresi kebudayaan.

Khusus mengenai seni rupa kontemporer, SSAS berupaya menampung keragaman ekspresi dari berbagai kalangan dan usia, mulai dari para senior yang bisa dianggap sebagai maestro dari medan seni, hingga kalangan usia muda yang baru memunculkan dirinya di medan seni. Setelah 26 tahun berdiri, SSAS tetap konsisten menjadi wadah untuk beragam ekspresi kebudayaan dan menyediakan ruang refleksi kritis.

Pameran “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit” terselenggara atas kerjasama antara SSAS dengan Paragon. Kolaborasi kedua lembaga ini dipicu dari pertemuan pada reuni ITB angkatan 1997 antara Syagini Ratna Wulan, Head of Development Yayasan Selasar Sunaryo, dan Harman Subakat, Group CEO Paragon Universa Utama.

Keduanya membahas bagaimana Paragon bisa memberi kebermanfaatan lebih jauh bagi Indonesia melalui keterlibatan dalam praktik kesenian. Melalui diskusi yang intensif, kemitraan antara SSAS dan Paragon diwujudkan lewat dukungan Kahf, salah satu jenama di bawah naungan Paragon, terhadap pameran Seabad Sadali.

Dukungan tersebut tidak hanya dalam bentuk dana, tetapi juga melalui penggunaan material daur ulang dari produk Kahf sebagai sarana penunjang pameran, mencerminkan komitmen Kahf terhadap keberlanjutan.

"Kehadiran Kahf pada pameran Seabad Sadali diharapkan dapat memperkuat komitmen Kahf untuk mewujudkan nilai persaudaraan antara sesama muslim dalam menjalani proses mengarungi hidup yang bernapaskan nilai-nilai spiritual Islam, sesuatu yang juga dilakoni Ahmad Sadali semasa hidupnya: mengamalkan seni rupa bernapaskan ajaran Islam," pungkas keterangan yang diterima Tirto.id.

Pembukaan “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit” akan dilangsungkan pada Kamis (19/9/2024) pukul 16.00 WIB di SSAS. Penyair Taufiq Ismail, sahabat Sadali, dijadwalkan hadir membuka pameran ini.

Baca juga artikel terkait PAMERAN SENI RUPA atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Zulkifli Songyanan
Editor: Zulkifli Songyanan