tirto.id -
"Dalam politik itu enggak bisa tertutup sampai digembok gitu, enggak ada," kata Arsul, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/4/2018).
Kemungkinan tersebut, kata Arsul, bergantung kepada dinamika komunikasi di antara pihak Prabowo dan Jokowi. Jika komunikasi terus berlangsung, maka peluang tetap ada. Sebaliknya, jika komunikasi berhenti, maka peluang tertutup.
"Yang jelas komunikasi ada [antara pihak Prabowo dan Jokowi] dan terus berlangsung sejak November sampai akhir Maret itu," kata Arsul.
Anggota Komisi III DPR ini menyatakan komunikasi antara pihak Prabowo dan Jokowi berlangsung dengan difasilitasi oleh salah seorang tokoh yang enggan dia sebutkan namanya.
"Jangan disebut namanya nanti menimbulkan persoalan baru," kata Arsul.
Namun, dalam hal ini, Arsul menegaskan pemberian peluang kepada Prabowo sebagai cawapres Jokowi bukan lantaran takut kalah di Pilpres 2019. Melainkan, kata dia, sekadar untuk mendinginkan suasana di saat gelaran pemilihan eksekutif tertinggi di negeri ini berlangsung tahun depan.
Sebelumnya, Ketua Umum PPP, Romahurmuzy mengungkap terdapat utusan Prabowo yang menemui Jokowi pada 27 Maret 2018 untuk menanyakan peluang menjadi cawapres.
Romahurmuzy menyatakan informasi tersebut didapatkannya langsung dari Jokowi. Kepadanya, mantan Wali Kota Solo tersebut menyatakan belum memberi keputusan atas permintaan Prabowo tersebut.
Namun menurut Romahurmuzy, seperti yang disampaikan Jokowi kepadanya, pihak Prabowo meminta agar jawaban diberikan dengan segera. Sampai akhirnya, pada 11 April 2018 lalu mantan Danjen Kopassus tersebut mendeklarasikan diri sebagai capres 2019.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Maya Saputri