Menuju konten utama
15 April 1923

Sejarah Penemuan Insulin yang Memenuhi Kebutuhan Penderita Diabetes

Kisah penemuan insulin dan penggunaannya secara umum untuk penderita diabetes. 

Sejarah Penemuan Insulin yang Memenuhi Kebutuhan Penderita Diabetes
Ilustrasi mengukur kadar gula darah dengan alat Glukosa meter. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Sudah lama manusia hidup berdampingan dengan diabetes. Mengutip riset Mariana Karamanou, dkk berjudul “Milestones In The History Of Diabetes Mellitus: The Main Contributors” (2016), jejak awal penyakit ini terdeteksi pada lembaran papirus peninggalan peradaban Mesir Kuno.

Papirus bertarikh 1500 SM itu menjelaskan seseorang yang mengalami rasa haus berlebihan yang disertai buang air kecil terus-menerus. Meski tidak dijelaskan secara spesifik, namun para ahli menduga bahwa deskripsinya mengacu pada diabetes.

Selain itu, jejak diabetes juga terdeteksi dalam peradaban India Kuno. Ahli bedah India, Sushruta, dalam karyanya Samhita yang terbit pada abad ke-5, mendeksripsikan seorang pasien yang urinnya memiliki rasa manis dan lengket hingga menarik semut untuk datang. Ia menyebut kelainan ini sebagai madhumeda (air seni seperti madu).

Dokter asal Inggris, Thomas Willis (1621-1675), adalah orang pertama yang membuat deskripsi klinis tentang diabetes. Pada 1674, Willis meneliti fenomena kelainan urin pada beberapa orang yang kala itu disebut sebagai “Pissing Evils” (kencing yang jahat). Willis menyebut bahwa penderita diabetes dapat mengalami kelelahan dan rasa haus berlebih yang disertai dengan gangguan syaraf pada beberapa bagian tubuh.

Ia juga menganalisis bahwa penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup yang tidak baik, seperti terlalu sering mengonsumsi bir dan sari buah apel yang memiliki kadar gula tinggi. Ia menyimpulkan bahwa diabetes disebabkan oleh kelainan fungsi ginjal.

Setelah deskripsi Willis, para peneliti berlomba-lomba mendalami diabetes. Namun, semuanya masih berada dalam ranah pembuktian keberadaan, bukan penyebab diabetes.

Pengamatan lebih saksama dilakukan oleh Oscar Minkowski (1858-1931) dan Joseph von Mering (1849-1908) pada 1889. Keduanya berhasil membuktikan bahwa penyebab diabetes adalah penurunan fungsi pankreas, bukan ginjal. Mereka mengamati penurunan fungsi pankreas pada anjing penderita diabetes yang menjadi objek penelitiannya. Sejak itu, misteri diabetes semakin terbuka dan pengetahuannya menjadi lebih terang.

Namun, sejak ribuan tahun silam tidak ada upaya ampuh satu pun untuk menghindari, atau minimal mengobati gejala diabetes. Dari zaman kuno hingga penemuan lebih lanjut oleh Minkowski dan Mering, penanganan diabetes selalu sama, yaitu diet ketat. Para ahli meyakini bahwa diet berperan dalam memperlambat efek diabetes, tetapi itu tidak optimal karena tidak memperpanjang usia penderita.

Mereka juga harus mengalami penurunan kondisi fisik yang sangat hebat. Tanpa pengobatan yang ampuh, selain penurunan berat badan dan kelelahan berlebih, diabetes juga menyebabkan komplikasi, seperti katarak, kebutaan, dan kelainan pada syaraf dan fungsi gerak tubuh.

Itu semua berubah ketika intervensi paling ampuh dalam mengobati diabetes ditemukan.

Anjing Percobaan dan Insulin

Sekali waktu pada musim gugur tahun 1920, seorang dokter bedah tulang di Ontario bernama Frederick Banting (1891-1941) membaca artikel ilmiah berjudul “The Relation of the Islet of Langerhans to Diabetes” (1920) karya Moses Barron.

Dalam artikel tersebut, Barron bereksperimen menggunakan pankreas kelinci, anjing, dan kucing untuk mempelajari hubungan antara pankreas dan diabetes pada manusia. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat suatu bagian (pulau langerhans) yang jika berhasil diekstrak dapat menggantikan fungsi pankreas yang rusak hingga menurunkan resiko bahaya diabetes.

Namun, upaya untuk mendapatkan ekstrak itu selalu gagal. Dari sini, Frederick penasaran dan punya hipotesis prosedur eksperimental sendiri, yakni dengan mengikat saluran pankreas yang memungkinkan terjadi ekstraksi pada pulau langerhans sehingga menghasilkan zat pengganti fungsi pankreas—kelak dikenal sebagai insulin.

Minimnya pemahaman terhadap ilmu penyakit dalam dan latar belakang profesinya yang bukan ilmuwan, membuatnya pergi ke almamaternya di Universitas Toronto untuk bertemu ahli fisiologi dan pakar metabolisme, John Macleod (1876-1935). Meski awalnya skeptis terhadap hipotesis Frederick, namun Macleod bersedia mengawasi dan membimbing penelitian pria kelahiran 14 November 1891 itu sepanjang musim panas tahun 1921. Ia juga memberikan izin untuk menggunakan laboratorium dan anjing percobaan miliknya yang menderita diabetes. Disediakan pula asisten untuk menemani Frederick, yakni seorang ilmuwan muda, Charles Best (1899-1978).

Memasuki tahun 1921, ketiganya memulai penelitian terhadap puluhan anjing untuk mengujicobakan hipotesisnya. Para peneliti menutup saluran pankreas dengan teknik yang dirancang Frederick untuk mendapatkan jaringan eksokrin pankreas dan pulau langerhans dalam keadaan murni. Jika berhasil, terdapat cairan ekstrak yang akan diambil untuk pengobatan diabetes. Namun, langkah ini tidak semudah yang diperkirakan. Beragam percobaan telah dilakukan tetapi berakhir dengan kegagalan, baik itu dalam proses ekstrasi ataupun penyuntikan cairan.

Di penghujung musim panas 1921, penelitiannya membawa titik terang. Mereka berhasil mendapatkan cairan ekstrak pankreas yang kemudian disuntikkan pada anjing percobaan. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar gula darah dalam anjing berhasil turun dan gejala-gejala diabetes dapat dihilangkan. Anjing itu akhirnya dapat hidup selama 70 hari sebelum dimatikan untuk diambil pankreasnya.

Hal ini menjadi batu loncatan untuk eksperimen lebih lanjut: menyuntikkan cairan yang disebut insulin itu kepada manusia. Adalah Leonard Thompson, anak laki-laki berusia 14 tahun yang menerima suntikan insulin pertama pada 11 Januari 1922 di Rumah Sakit Umum Toronto di bawah pengawasan ketat Macleod. Mula-mula percobaannya gagal. Setelah memberi 15 ml insulin, gula darah dalam tubuhnya tidak kunjung turun. Namun 12 hari kemudian insulin disuntikkan lagi dengan dosis serupa dan hasilnya kadar gula darah langsung turun drastis.

Insulin kemudian diujicoba lagi ke beberapa orang. Beberapa minggu setelahnya, sebagaimana dicatat oleh Chris Feudtner dalam Bittersweet: Diabetes, Insulin, and the Transformation of Illnes (2003), mereka yang disuntikkan insulin mengalami perubahan positif, seperti kenaikan berat badan dan penurunan gejala.

Keberhasilan ini disebarluaskan di Jurnal American Society of Physiology pada Desember 1921. Sejak saat itu, dunia telah mengetahui bahwa intervensi penanganan diabetes yang cukup ampuh telah ditemukan. Lalu terjadilah produksi insulin besar-besaran. Tim peneliti bekerja sama dengan perusahaan obat mempersiapkan insulin untuk kepentingan komersial.

Pada 15 April 1923, tepat hari ini 99 tahun lalu, insulin mulai digunakan secara umum oleh penderita diabetes di seluruh dunia. Menurut Michael Bliss dalam The Discovery of Insulin (2013), penemuan insulin menjadi peristiwa paling bersejarah dan terbesar dalam perjalanan panjang manusia mengobati penyakit. Mereka yang kesakitan akibat diabetes dapat “hidup” kembali seperti sedia kala tanpa siksaan berlebih.

Baca juga artikel terkait INSULIN atau tulisan lainnya dari Muhammad Fakhriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Muhammad Fakhriansyah
Penulis: Muhammad Fakhriansyah
Editor: Irfan Teguh Pribadi