Menuju konten utama

Sejarah Pendirian Bluebird oleh Keluarga Suami Nikita Willy

Sejarah pendirian Bluebird dimulai sejak tahun 1965 oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, yang merupakan nenek suami Nikita Willy, Indra Priawan.

Sejarah Pendirian Bluebird oleh Keluarga Suami Nikita Willy
Ilustrasi blue bird. antaranews/puspa perwitasari

tirto.id - Bluebird merupakan perusahaan taksi di Indoensia yang telah berdiri selama lima dekade terakhir. Sejarah pendirian Bluebird dimulai sejak tahun 1965 oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono.

Keluarga Djokosoetono dikenal sebagai keluarga konglomerat di Indonesia yang juga merupakan keluarga suami aktris Nikita Willy, Indra Priawan Djokosoetono. Indra Priawan merupakan generasi ketiga Djokosoetono yang juga merupakan pewaris perusahaan taksi besar itu.

Belakangan nama keluarga Djokosoetono ramai dibicarakan di media sosial. Hal ini menyusul viralnya video kakak Indra Priawan, Sigit Djokosoetono yang menjadi sopir taksi di perusahaannya sendiri, Bluebird.

Selain menjalankan bisnis sebagai penyedia layanan takis, PT Bluebird Tbk juga melayani jasa transportasi lain, seperti bus, sewa mobil, logistik, hingga alat berat.

Saat ini Bluebird bisa dibilang salah satu perusahaan transportasi terbesar di Indonesia yang meraih pendapatan fantastis. Berdasarkan data dari Statista, di tahun 2022 pendapatan bersih PT Bluebird Tbk hanya dari sektor taksi mencapai 2,81 triliun rupiah.

Sejarah Pendirian Perusahaan Taksi Bluebird

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendirian perusahaan taksi Bluebird melibatkan keluarga konglomerat Djokosoetono. Generasi pertama Djokosoetono, yaitu Mr. Djokosoetono sendiri adalah seorang pakar hukum didikan era kolonial.

Ia juga merupakan pendiri sekolah hukum kepolisian dan militer di Indonesia. Menurut Adnan Buyung Nasution dalam Pergulatan tanpa henti - Volume 1 (2004) Djokosoetono merupakan perintis pembangunan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Akademi Hukum Militer (AHM).

Sayangnya, Djokosoetono meninggal di usia 62 tahun pada 1965 meninggalkan sang istri Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono dan ketiga anaknya, Purnomo Prawiro, Chandra Suharto, dan Mintarsih.

Ketika Djokosoetono meninggal, sang istri dihadiahi dua mobil sedan oleh PTIK dan AHM. Kedua mobil inilah yang menjadi awal mula kelahiran taksi Bluebird.

Mobil sedan hadiah digunakan oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono menjadi taksi untuk membiayai pendidikan ketiga anaknya. Dikutip dari laman Bluebird Group usaha taksi ini dimulai di kediaman Djokosoetono yang ada di Jl. Cokroaminoto, Jakarta.

Pada awal berdiri, bisnis ini dijalankan oleh seluruh anggota keluarga. Kedua putra Djokosoetono, yaitu Chandra dan Purnomo Djokosoetono bertugas sebagai sopir sementara anggota keluarga lain di rumah menjadi operator telepon.

Hal ini karena taksi dioperasikan dengan sistem panggilan. Pemesanan taksi bisa dilakukan lewat telepon. Lambat laun, jasa taksi lewat telepon ini banyak diminati masyarakat kala itu karena jumlah mobil tidak sebanyak sekarang.

Kemudian, di tahun 1971 bisnis taksi yang dijalankan Mutiara akhirnya dilegalkan oleh pemerintah menyusul penambahan armada.

Jenis kendaraan yang digunakan untuk taksi Blubird pertama kali adalah sedan Holden Torana 2640 cc. Taksi-taksi itu dicat biru dan dihiasi logo burung sebagai simbol Bluebird.

Taksi Bluebird generasi pertama juga mengalami pembaruan berupa sistem radio untuk memudahkan pemesanan. Taksi ini juga menjadi pelopor penggunaan sistem tarif bedasakan argometer di Indonesia.

Sejak izin operasionalnya turun, taksi Blue Bird diketahui memiliki 25 armada. Seiring berjalannya waktu, armada bertambah tidak hanya untuk taksi tetapi juga armada antar jemput.

Di tahun 1979, Bluebird bekerja sama dengan Jakarta Intercultural School sebagai perusahaan penyedia antar jemput bagi siswa. Kemudian di tahun 1981, Bluebird beralih ke armada baru yang lebih nyaman, yaitu Holden Torana generasi 80-an yang sudah dilengkapi AC.

Perusahaan taksi ini juga ikut terlibat dalam penyediaan moda transportasi di acara-acara kenegaraan besar seperti KTT Non Blok 1992. Mereka juga membuat layanan eksklusif berupa penyediaan layanan transportasi mewah, seperti taksi eksekutif pertama di Indonesia pada 2007 hingga bus premium VIP pada 2012.

Kemudian di tahun 2014, Bluebird yang telah menjadi perusahaan besar remsi melakukan go public di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham BIRD.

Bersamaan dengan masuknya layanan transportasi online di dalam negeri, Bluebird menjalin kerja sama dengan Gojek dan Traveloka untuk memperluas kanal pemesanannya. Perusahaan ini juga turut mengembangkan aplikasi pemesanan dan pembayaran non tunai bernama My Bluebird.

Baca juga artikel terkait SEJARAH TAKSI BLUE BIRD atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya