Menuju konten utama

Sejarah Hari Tritura yang Diperingati 10 Januari dan Isi Tritura

Hari Tritura merupakan peringatan terhadap sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada masa Orde Lama ketika Presiden Suharto masih memimpin pada 1966.

Sejarah Hari Tritura yang Diperingati 10 Januari dan Isi Tritura
Demonstran Tritura tahun 1966. FOTO/Dok.BBC

tirto.id - Hari Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) akan kembali diperingati pada 10 Januari 2022 mendatang.

Hari Tritura merupakan peringatan terhadap sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada masa Orde Lama ketika Presiden Suharto masih memimpin pada 1966.

Adanya tragedi berdarah Gerakan 30 September (G30S) 1965, berimbas kepada munculnya sebuah aksi yang dikenal dengan Tritura. Aksi Tritura dimotori oleh mahasiswa yang membawa dalih bahwa Pemerintahan Orde Lama tidak tegas terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI).

PKI adalah partai yang dianggap menjadi biang kerusuhan pada Peristiwa G30S 1965 dan menewaskan sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Aksi Tritura dilakukan pada 10-13 Januari 1966 di Jakarta. Adapun isi dari Tritura yang diusung dalam aksi sebagai berikut:

  1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia atau PKI;
  2. Rombak Kabinet Dwikora; dan
  3. Turunkan Harga.
Tuntunan pertama, yakni bubarkan PKI, merujuk kepada Pemerintahan Sukarno yang dianggap lamban dalam mengambil langkah terhadap orang-orang PKI, terutama yang terlibat Peristiwa G30S.

Bahkan, terdapat beberapa tokoh PKI yang masih menjabat sebagai anggota kabinet. Empat bulan sejak terjadinya peristiwa tersebut, Presiden Sukarno belum memberikan titik terang terkait keputusan. Padahal gelombang kekacauan sebagai akibat kegeraman dari masyarakat telah meluas.

Tuntutan kedua, adalah pembubaran Kabinet Dwikora, berlandaskan kepada pemerintah yang tidak mampu mengendalikan kestabilan politik, sosial dan ekonomi negara.

Dikutip dari buku Revolusi Politik Kaum Muda oleh Muhammad Umar Syadat Hasibuan (2008), dijelaskan bahwa tuntutan terjadi sebagai akibat dari konfrontasi Indonesia Malaysia dan usaha merebut Irian Barat.

Presiden Sukarno dianggap lengah dan kurang memperhatikan adanya bahaya dari PKI. Kemudian, justru hanya terfokus kepada konfrontasi terhadap Malaysia dan merebut Irian Barat.

Selain itu, tubuh Kabinet Dwikora masih diisi oleh beberapa orang dari PKI. Masyarakat juga sudah meminta kepada Sukarno untuk segera membersihkan orang-orang PKI, terutama di pemerintahan.

Tuntutan ketiga, yaitu turunkan harga. Hal tersebut disebabkan karena adanya keadaan kestabilan ekonomi yang semakin memburuk.

Kemudian, juga sebagai akibat dari dikeluarkannya Peraturan Preiden No.27 yang mengatur kembali mata uang rupiah pada 13 Desember 1965. Kebijakan tersebut, berdampak kepada melambung harga-harga kebutuhan pokok sehingga menyusahkan rakyat.

Beberapa organisasi yang turut dalam demontrasi Tritura antara lain seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), dan lainnya.

Menanggapi aksi Tritura, Sukarno kemudian melakukan reshuffle kabinet pada tanggal 21 Februari 1966. Namun, Sukarno masih mengikutkan orang-orang yang berbau kiri di dalam kabinet.

Sehingga, pada 24 Februari 1966, mahasiswa kembali melakukan unjuk rasa. Aksi tersebut menghasilkan sebuah insiden yang membuat seorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim menjadi korban.

Baca juga artikel terkait SEJARAH TRITURA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Nur Hidayah Perwitasari